Dalam enam tahun terakhir ada semakin banyak masyarakat ekonomi lemah yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat penyelesaian pendidikan SMA/sederajat di kelompok pengeluaran terbawah mencapai 48,43% pada 2021, meningkat jauh dibanding tahun 2015 seperti terlihat pada grafik.
BPS menghitung indikator ini untuk memantau banyaknya anak-anak dan remaja yang menyelesaikan pendidikan tanpa kendala atau tanpa penundaan dalam jangka waktu lama.
"Apabila tingkat penyelesaian pendidikan rendah, maka hal ini dapat mengindikasikan tingginya tingkat putus sekolah, tinggal kelas, rendahnya angka partisipasi, atau kombinasi diantaranya," jelas BPS.
Tingkat penyelesaikan pendidikan SMA/sederajat di kelompok pengeluaran terbawah pada 2021 sudah naik 7,17% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi dibanding kelompok lain.
Dalam 6 tahun terakhir, tingkat penyelesaian pendidikan SMA/sederajat di kelompok pengeluaran terbawah bahkan naik 69,12%, paling besar dibanding kelompok lain.
Meski mengalami kenaikan, tingkat penyelesaikan pendidikan di kelompok tersebut masih kalah dibanding masyarakat yang ekonominya lebih kuat, seperti terlihat pada grafik.
Berikut rincian tingkat penyelesaikan pendidikan SMA/sederajat masyarakat menurut kelompok pengeluaran pada 2021:
- Pengeluaran teratas: 81,81%
- Pengeluaran menengah atas: 70,78%
- Pengeluaran menengah: 64,70%
- Pengeluaran menengah bawah: 58,24%
- Pengeluaran terbawah: 48,43%
Berdasarkan angka di atas, kelompok masyarakat pengeluaran teratas memiliki tingkat penyelesaian pendidikan paling baik, sedangkan masyarakat pengeluaran terbawah paling buruk dengan persentase kurang dari 50%.
Artinya, mayoritas peserta didik dari kelompok ekonomi lemah masih mengalami banyak kendala dalam menyelesaikan pendidikan hingga jenjang SMA/sederajat.
(Baca: Hanya 0,02% Penduduk Indonesia Berpendidikan Hingga S3 pada Juni 2021)