Sri Lanka merupakan negara di kawasan Asia Selatan yang paling terpukul akibat kenaikan harga pangan dan energi dunia. Permintaan yang meningkat serta terbatasnya pasokan akibat invasi Rusia ke Ukraina telah memantik lonjakan harga energi, terutama harga minyak mentah.
Inflasi di Sri Lanka telah mencapai 45,3% (year on year/yoy) pada Mei 2022. Harga komoditas yang naik serta melemahnya mata uang Sri Langka membuat harga barang-barang impor menjadi sangat mahal memicu inflasi tinggi di negara ini.
Selain Sri Lanka, inflasi tinggi juga terjadi di Pakistan. Tingkat inflasi di negara ini sebesar 21,3% (yoy) per Juni 2022. Kemudian Nepal mengalami inflasi sebesar 7,9% (yoy) per Juni 2022, inflasi Bangladesh telah mencapai 7,4% (yoy) per Mei 2022, dan inflasi India mencapai 7% (yoy) per Juni 2022.
Asia Development Bank (ADB) dalam laporan tambahan Asia Development Outlook (ADO) yang dirilis Juli 2022, prakiraan ekonomi kawasan Asia Selatan direvisi melambat menjadi menjadi 6,5% pada 2022. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan April lalu sebesar 7%. Demikian pula untuk prakiraan 2023 juga diverisi melambat menjadi 7,1%, lebih rendah dibanding prakiraan sebelumnya sebesar 7,4%.
Revisi tersebut karena terjadinya krisis ekonomi dan inflasi tinggi di Sri Lanka serta pengetatan yang dilakukan moneter yang dilakukan di India.
(Baca: Terancam Bangkrut, Ini Kondisi Ekonomi Makro Sri Lanka dan Pakistan)