Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, DKI Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,06% secara bulanan (month to month/m-to-m) dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 106,59 pada September 2021. Deflasi di Jakarta pada bulan lalu merupakan yang ketiga kalinya sepanjang tahun ini.
Deflasi di Ibu Kota sebelumnya terjadi pada Juni dan Juli 2021. Jakarta tercatat mengalami deflasi sebesar 0,27% (m-to-m) pada Juni 2021. Sebulan setelahnya, Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,04% (m-to-m).
Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga dari beberapa kelompok pengeluaran. Makanan, minuman, dan tembakau tercatat mengalami deflasi sebesar 0,68%. Kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 0,05%.
Kemudian, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,03%. Rekreasi, olahraga, dan budaya serta perawatan pribadi dan jasa lainnya masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,02% dan 0,01%.
Sementara, terdapat empat kelompok komoditas yang mengalami inflasi. Kelompok dengan inflasi tertinggi adalah pakaian dan alas kaki sebesar 0,76%. Posisinya dikuti kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran yang mengalami inflasi sebesar 0,54%
Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,17%. Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,06%.
Adapun, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga tak mengalami deflasi maupun inflasi. Hal serupa terjadi pada kelompok pendidikan.
BPS juga mencatat, komoditas penyumbang utama deflasi di Jakarta pada September 2021 adalah telur ayam ras, daging ayam, emas perhiasan, cabai merah, dan angkutan udara. Total andil deflasi dari kelima komoditas tersebut mencapai 0,144%.
Sementara, komoditas penyumbang inflasi terbesar di Jakarta pada bulan lalu, antara lain nasi dengan lauk, minyak goreng, rokok putih, pepaya, dan pisang. Total andil inflasi dari lima komoditas tersebut mencapai 0,088%.
(Baca: BPS: Indonesia Alami Deflasi 0,04% pada September 2021)