Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi Indonesia mencapai 2,86% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 0,38% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada November 2023.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis BPS Moh. Edy Mahmud menjelaskan, tingkat inflasi bulanan pada periode tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi 0,17% pada Oktober 2023.
Edy menyebut, cabai merah dan cabai rawit jadi utama komoditas penyumbang inflasi terbesar pada bulan lalu dengan andil masing-masing sebesar 0,16% dan 0,08%. Edy pun membeberkan penyebab inflasi cabai yang meninggi.
"Karena cuaca yang tidak menentu, pasokan yang kurang, dan faktor kelancaran distribusi," kata Edy dalam konferensi pers secara daring, Jumat (1/12/2023).
Tarif angkutan udara jadi komoditas penyumbang inflasi terbesar berikutnya dengan andil 0,04% pada November 2023. Disusul oleh emas perhiasan dan bawang merah yang sama-sama memiliki andil 0,03%.
Beras juga turut jadi komoditas penyumbang inflasi bulan lalu, sebesar 0,02%. Kemudian tarif air minum PAM, gula pasir, dan telur ayam ras yang sama-sama memberikan andil inflasi 0,01% sepanjang November 2023.
Sementara, terdapat pula sejumlah komoditas pangan yang memberikan andil deflasi pada November 2023, yakni bensin, ikan segar, dan daging ayam ras.
BPS juga mencatat, dari 90 kota yang disurvei, terdapat 79 kota di Tanah Air yang mengalami inflasi dan 11 kota lainnya deflasi.
Inflasi tertinggi nasional terjadi di Kota Bandar Lampung, Lampung, yaitu sebesar 1,05% (mtm). Sementara deflasi terdalam, terjadi di Kota Tual, Maluku, sebesar 0,51% (mtm).
(Baca juga: Inflasi Indonesia Sebesar 2,86% per November 2023)