Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Januari 2023, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan tahun ini ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,8%.
Proyeksi itu lebih pesimistis dibanding sebelumnya. Dalam WEO edisi Oktober 2022, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 bisa mencapai 5%.
IMF tidak merinci alasan di balik pemangkasan proyeksi tersebut. Namun, secara umum IMF menyatakan ada sejumlah risiko yang membayangi perekonomian global tahun ini.
Risiko pertama adalah kondisi Tiongkok yang dikhawatirkan gagal pulih dari pandemi Covid-19.
"Dengan kekebalan penduduk yang masih rendah dan kapasitas rumah sakit yang tidak memadai, terutama di luar kota-kota besar, masalah kesehatan bisa menghambat pemulihan Tiongkok," kata IMF dalam WEO edisi Januari 2023.
"Hal tersebut bisa berpengaruh ke berbagai belahan dunia, terutama karena turunnya permintaan dan masalah rantai pasokan," lanjutnya.
Turunnya permintan dari Tiongkok juga berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, mereka merupakan pasar ekspor nonmigas terbesar.
Sepanjang 2022 Indonesia mengekspor komoditas nonmigas senilai USD 63,5 miliar ke Tiongkok, sedangkan nilai ekspor ke negara-negara lainnya jauh lebih rendah.
(Baca: Tiongkok, Pasar Utama Ekspor Nonmigas RI pada 2022)
Selain isu Tiongkok, IMF menilai ekonomi global tahun ini rentan terganggu oleh eskalasi perang Rusia-Ukraina, tekanan utang di banyak negara, laju inflasi, serta fragmentasi geopolitik yang kian menajam.
"Sanksi internasional kepada Rusia telah memecah dunia menjadi blok-blok dan memperkuat ketegangan geopolitik yang sudah ada sebelumnya, seperti sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok," kata IMF.
"Fragmentasi bisa meningkat, mengakibatkan bertambahnya pembatasan pada pergerakan modal, pekerja, pembayaran internasional, serta menghambat kerja sama multilateral dalam penyediaan komoditas di pasar global," lanjutnya.
(Baca: Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Melemah pada 2023)