Bank Dunia atau World Bank melaporkan, hampir semua negara berpendapatan rendah dan menengah kini mengalami harga pangan yang tinggi.
Terbanyak adalah negara pendapatan menengah-rendah atau lower-middle income dengan proporsi 71,7% dari total negara kelompok tersebut.
Kedua, pendapatan rendah atau low income sebesar 57,9%. Disusul negara-negara pendapatan menengah ke atas atau upper-middle sebanyak 48%.
World Bank menyebut, negara berpendapatan tinggi pun tak bisa menghindari kenaikan harga pangan. Proporsinya menyentuh 45,5%.
World Bank juga menghimpun 10 negara teratas yang terkena inflasi pangan tertinggi pada 21 Februari 2024. Sebenarnya, komposisinya tak berbeda jauh dari temuan 5 Februari 2024 lalu. Rinciannya sebagai berikut:
- Argentina 40% (year-on-year/yoy)
- Zimbabwe 26% (yoy)
- Mesir 18% (yoy)
- Libanon 15% (yoy)
- Vietnam 11% (yoy)
- Palestina 9% (yoy)
- Malawi 9% (yoy)
- Haiti 7% (yoy)
- Nugini 7% (yoy)
- Yunani 7% (yoy)
Analisis World Bank juga menemukan harga jagung naik 12% lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Januari 2020. Pada hitungan periode yang sama, gandum 6% lebih tinggi dan beras 51% lebih tinggi.?
(Baca juga: Argentina hingga Palestina Alami Inflasi Pangan Tertinggi Dunia Februari 2024)