Sejak tahun 2022 isu ancaman resesi ramai diperbincangkan di banyak negara, termasuk Indonesia. Menanggapi hal tersebut, tampaknya ada banyak orang yang berniat mengubah perilaku konsumsinya.
Menurut laporan Jajak Pendapat (Jakpat) dan Continuum, dari seribu lebih orang Indonesia yang disurvei, mayoritas atau 51,2% berencana menabung untuk menghadapi ancaman resesi.
"Hal ini sangat wajar, karena umumnya masyarakat berpikir saat ekonomi sedang tersendat maka mereka harus menyimpan cadangan uang darurat, karena bisa saja pendapatan mereka terganggu atau malah terkena PHK," kata Jakpat dalam laporannya.
(Baca: Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Melemah pada 2023)
Kemudian 22,9% responden berniat menyimpan aset. "Sebut saja emas, rumah, tanah, dan lainnya yang bisa disimpan untuk memitigasi dampak resesi, karena nilai komoditas tersebut cenderung lebih stabil dari komoditas lainnya,” ujar JakPat.
Namun, ada pula 18,8% responden yang berniat tetap belanja meski ada ancaman resesi. Sementara 6,4% responden mengatakan akan berhemat, dan 0,3% responden tidak akan berutang.
"Ada respon yang menganjurkan untuk tetap berbelanja. Anjuran berbelanja dilakukan agar ekonomi tetap berjalan normal. Apabila masyarakat tetap melakukan pengeluaran, maka tidak akan ada disrupsi yang memperburuk situasi yang ada," kata Jakpat.
"Para ekonom dan lembaga riset menyarankan masyarakat untuk tidak panik dan tetap melakukan pengeluaran/belanja dengan normal. Tim riset kami juga menyarankan hal yang serupa, karena dengan terus memutarkan uang dan barang serta tetap produktif, kemungkinan terjadinya resesi bisa diminimalisir," lanjutnya.
Survei ini dilakukan secara online terhadap 1.434 responden di seluruh Indonesia pada 25-26 November 2022. Survei dilakukan dengan tingkat toleransi kesalahan (margin of error) 3%.
(Baca: Ini Hal yang Dicemaskan Penduduk Indonesia jika Terjadi Resesi)