Pada pertengahan September 2023, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menggerebek rumah produksi film porno di Jakarta Selatan (Jaksel).
Dalam peristiwa itu, polisi menangkap beberapa tersangka, di antaranya seseorang berinisial I (sutradara merangkap produser), JAAS (kamerawan), AIS (editor film), AT (penata suara merangkap pemeran figuran), dan SE (sekretaris merangkap pemeran utama perempuan).
(Baca: Beberapa Warga RI Akui Masih Mengunjungi Situs Judi Online dan Pornografi)
Menurut hasil pemeriksaan polisi, rumah produksi film porno di Jaksel itu sudah beroperasi sejak 2022, sudah menghasilkan sekitar 120 film yang melibatkan belasan pemain, dan sudah meraup untung dengan nilai total Rp500 juta.
Adapun para pemain filmnya bisa dibayar sampai Rp15 juta per film.
"Tidak terdapat kontrak untuk pemeran yang digunakan dalam pembuatan film asusila yang dimaksud. Jadi pembayaran hanya sekali per film dengan kisaran pembayaran di angka Rp10 juta sampai Rp15 juta," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Ade Safri dalam wawancara pers, Senin (11/9/2023).
Nominal bayaran itu mirip dengan bayaran pemain film porno di Amerika Serikat (AS), salah satu negara yang melegalkan pornografi.
Berdasarkan wawancara Independent dengan Derek Hay, agen penyalur model film dewasa di AS, pada 2017 standar bayaran untuk perempuan pemain film porno di negaranya sekitar US$1.000 per film.
Jika dikonversi ke rupiah dengan kurs saat ini, bayarannya mencapai hampir Rp15,4 juta per film.
Di AS, bayaran pemain film porno bisa naik ke kisaran US$2.000 sampai US$6.000 (antara Rp30 juta sampai Rp92 juta per film) jika si pemain bersedia melakukan adegan-adegan seks yang tidak biasa.
Derek Hay juga menyebut standar bayaran pemain film porno cenderung sama dari tahun ke tahun.
"Untuk beberapa jenis adegan spesial (dalam film porno) bayarannya saat ini sudah meningkat. Tapi, bayaran (pemain film porno) biasa secara umum belum naik dalam lima tahun terakhir. Tidak ada peningkatan bayaran terkait inflasi, datar saja," kata Derek Hay, disiarkan Independent (14/4/2017).
(Baca: Perjudian, Konten Internet Negatif Paling Banyak Diadukan Warga)