Agresi Israel terhadap Palestina yang sudah terjadi bertahun-tahun menimbulkan banyak korban luka-luka hingga jiwa. Teranyar, Israel melancarkan serangan kepada Palestina sejak Minggu (8/10/2023) yang menewaskan lebih dari 400 korban jiwa, mengklaim untuk membalas serangan kelompok Hamas.
United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN-OCHA) menghimpun korban luka-luka yang dialami warga Palestina selama mendapat serangan dari Israel. Secara akumluasi dari 2008-September 2023, jumlah korban luka-luka mencapai 152.560 orang.
Secara garis waktu, tahun-tahun di atas 2013 menorehkan korban luka yang lebih banyak.
Korban luka Palestina paling banyak terjadi pada 2018 yang mencapai 31.259 orang. Selanjutnya pada 2021 yang sebesar 19.183 korban. Lalu pada 2014, mencapai 17.533 korban luka. Pada 2014 korban jiwa Palestina juga tercatat paling tinggi, yakni 2.329 jiwa.
Sementara pada pendataan terakhir 21 September 2023, korban luka Palestina mencapai 8.508 orang. Jumlah ini belum termasuk serangan baru yang dilakukan Israel pada 8 Oktober 2023.
Korban luka didominasi laki-laki sebanyak 83.723 orang; anak laki-laki sebanyak 29.618 orang; perempuan sebanyak 8.935 orang; anak perempuan 2.653 orang; dan lainnya/belum teridentifikasi 27.590 orang.
Serangan Israel yang paling banyak adalah gas air mata yang membuat 67.713 orang Palestina terluka. Disusul tembakan peluru karet 23.766 korban; amunisi aktif 17.578 korban; dan kekerasan fisik sebanyak 5.173 korban.
Jika dibandingkan dengan korban Israel, angkanya terpaut sangat jauh. Data UN-OCHA menunjukkan, warga Israel yang terluka akibat konflik dua kubu ini mencapai 6.307 sepanjang 2008-19 September 2023. Paling banyak terjadi pada 2014 yang menorehkan 2.708 orang.
Dari akumulasi jumlah korban Israel, terbanyak dari masyarakat sipil, yakni 4.735 orang. Disusul korban dari prajurit sebanyak 1.572 orang.
Sebagai catatan, perhitungan terluka atau cedera oleh UN-OCHA mengacu pada orang-orang yang terluka secara fisik dalam suatu insiden yang relevan dan menerima perawatan medis di klinik atau rumah sakit, atau oleh petugas paramedis di lokasi kejadian.
Korban juga termasuk orang-orang yang mendapat perawatan akibat sesak napas akibat gas air mata. Namun, orang yang dirawat karena syok psikologis tidak dimasukkan.
(Baca juga: Konflik Palestina-Israel Pecah Lagi, Ini Jumlah Korban Jiwa 16 Tahun Terakhir)