Menurut National Aeronautics and Space Administration (NASA), suhu permukaan bumi pada tahun 2021 telah meningkat 0,85 °C dibanding suhu rata-rata tahunan selama periode 1951-1980.
Dalam satu dekade belakangan, suhu permukaan bumi juga sempat meningkat hingga 1,02 °C pada tahun 2016 dan 2020.
Pemantauan dan pencatatan suhu ini dilakukan sepanjang tahun melalui stasiun cuaca, kapal, dan sensor yang dipasang di pelampung laut di seluruh dunia.
Pengukuran suhu juga divalidasi dengan data dari Atmospheric Infrared Sounder (AIRS), teknologi di satelit Aqua NASA yang mampu memantau pancaran energi inframerah dari permukaan dan atmosfer bumi.
NASA menyatakan tren peningkatan suhu permukaan bumi disebabkan oleh aktivitas manusia yang meningkatkan polusi CO2 (karbon dioksida) dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer.
Dampak dari pemanasan global ini sudah dicatat oleh banyak peneliti, mulai dari kadar es di Laut Arktika yang menurun, naiknya level permukaan laut, peningkatan intensitas kebakaran hutan, serta pola migrasi hewan yang berubah.
Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), pemanasan global juga bisa meningkatkan risiko kekeringan, perubahan pola hujan, hingga peningkatan intensitas cuaca ekstrem.
(Baca Juga: Emisi Metana Tambang Batu Bara Lebih Besar dari Kilang Migas)