Daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia pada 2023 tak menonjol di Asia Tenggara, masih kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Hal ini terlihat dari laporan World Talent Ranking yang dirilis Institute for Management Development (IMD), lembaga riset asal Swiss.
(Baca: Penduduk Bekerja Indonesia Didominasi Lulusan SD ke Bawah)
IMD menilai daya saing SDM melalui tiga indikator besar, yaitu investasi dan pengembangan SDM dalam negeri (investment and development); kemampuan negara menarik SDM terampil dari luar negeri (appeal); dan tingkat kesiapan SDM secara umum (readiness).
Investment and development dinilai dari porsi belanja negara untuk sektor pendidikan, rasio anggaran pendidikan terhadap jumlah pelajar, rasio guru-murid, dan sebagainya.
Appeal dinilai dari indeks biaya hidup, survei kualitas hidup, survei motivasi pekerja, jumlah pekerja terampil dari luar negeri, dan sebagainya.
Kemudian readiness diukur dari pertumbuhan angkatan kerja, proporsi pekerja ahli, tingkat pendidikan masyarakat, sampai kemampuan pelajar berdasarkan tes PISA.
Berbagai hal itu lantas dirumuskan ke dalam skor berskala 0-100 poin. Makin tinggi skornya, daya saing diasumsikan semakin baik.
Dengan metode tersebut, pada 2023 Indonesia memperoleh skor daya saing SDM 51,13 dari 100 poin.
Indonesia pun hanya meraih peringkat ke-4 dari 5 negara Asia Tenggara yang diriset IMD, seperti terlihat pada grafik.
Merujuk data IMD, skor Indonesia tidak menonjol karena berbagai faktor, seperti anggaran pendidikan yang relatif rendah, jumlah guru yang masih terbatas, serta minimnya kemampuan pelajar berdasarkan hasil tes PISA.
(Baca: PISA 2022: Kemampuan Membaca Pelajar Indonesia Tergolong Rendah di ASEAN)