KLHK: Jumlah Hotspot di Indonesia Capai 1.416 Dalam 24 Jam Terakhir (Senin, 28 Juli 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 1.416 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 413 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Senin (28/7/2025) pukul 11.51 WIB. Dari 1.416 titik panas terdeteksi, 104 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 1278 titik skala sedang, dan 34 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Tren Letusan Gunung Berapi dalam Beberapa Tahun Terakhir)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 800 titik. Kalimantan Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 87 titik. Aceh berada di posisi ketiga sebanyak 60 titik panas.
Sebanyak 52 titik panas terdeteksi di Nusa Tenggara Timur, Riau menyusul dengan 52 titik panas, serta Jambi dan Kepulauan Bangka Belitung masing-masing memiliki 43 dan 42 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Indonesia Punya Gunung Berapi Aktif Terbanyak di Dunia)