410 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Rabu, 28 Mei 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 410 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 78 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (28/5/2025) pukul 11.08 WIB. Dari 410 titik panas terdeteksi, 12 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 389 titik skala sedang, dan 9 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Kalimantan Barat Hasilkan Emisi CO2 dari Karhutla Terbanyak sampai Juli 2023)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sumatera Barat sebanyak 73 titik. Bengkulu menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 46 titik. Maluku Utara berada di posisi ketiga sebanyak 44 titik panas.
Sebanyak 39 titik panas terdeteksi di Kalimantan Barat, Sumatera Utara menyusul dengan 37 titik panas, serta Sumatera Selatan dan Aceh masing-masing memiliki 33 dan 27 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 55 Bencana Terjadi pada Tengah September 2023, Karhutla Mendominasi)