Serangan militer antara dua negara Asia Tenggara, Thailand dan Kamboja telah menyebabkan 16 orang tewas, dengan mayoritas 14 di antaranya dari Thailand. Puluhan orang luka-luka dan 120 ribu warga yang tinggal di perbatasan yang menjadi sumber konflik pun diungsikan.
Konflik bersenjata ini telah berlangsung sejak kemarin, Kamis (24/7/2025). Menurut Katadata dari CNN, kekerasan tersebut terjadi sehari setelah seorang tentara Thailand kehilangan kakinya akibat ledakan ranjau darat. Insiden ini membuat hubungan antara Bangkok dan Phnom Penh berada di titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini Thailand telah menutup semua penyeberangan perbatasan dengan Kamboja.
Laporan International Institute for Strategic Studies (IISS) dan The Guardian menunjukkan, Thailand unggul dari segi militer, dengan personel aktifnya mencapai 360.850 orang.
Angkatan darat Thailand mencapai 245.000 personel, termasuk sekitar 115.000 wajib militer. Matra ini memiliki 400 tank tempur, lebih dari 1.200 kendaraan tempur lapis baja, dan 2.600 senjata artileri.
"Angkatan darat ini juga memiliki armada pesawat sendiri, yakni pesawat penumpang, helikopter (termasuk puluhan Black Hawk buatan AS), dan drone (pesawat tanpa awak)," tulis The Guardian dalam artikelnya yang mengolah data IISS, Kamis (24/7/2025).
(Baca: Personel Militer Aktif Indonesia Terbanyak ke-7 di Asia pada 2024)
Sementara Kamboja hanya 124.300 anggota aktif. Dari jumlah tersebut, mayoritas berasal dari tentara darat yang mencapai 75.000 orang. Matra ini memiliki lebih dari 200 tank tempur dan sekitar 480 unit artileri.
Matra lain, angkatan laut, dari Thailand pun jauh lebih besar, dengan hampir 70.000 personel. The Guardian merincikan, angka itu dari penerbangan angkatan laut, marinir, pertahanan pesisir, dan wajib militer.
Thailand memiliki 1 kapal induk, 7 fregat, 68 kapal patroli dan kapal tempur pesisir, serta beberapa kapal amfibi dan pendarat yang mampu membawa ratusan pasukan, ditambah 14 kapal pendarat kecil.
"Divisi penerbangan angkatan laut Thailand memiliki armadanya sendiri, termasuk helikopter dan drone (UAV), serta korps marinir dengan 23.000 personel, yang didukung oleh puluhan kendaraan tempur bersenjata," kata The Guardian.
Sementara angkatan laut Kamboja memiliki sekitar 2.800 personel, termasuk 1.500 marinir, dengan 13 kapal patroli dan kapal tempur pesisir, serta 1 kapal pendarat amfibi.
Matra terakhir, yakni angkatan udara, dari Thailand menjadi salah satu yang terbaik dan terlatih di Asia Tenggara, dengan sekitar 46.000 personel, 112 pesawat tempur siap tempur, termasuk 28 jet tempur F-16, dan 11 jet tempur Gripen buatan Swedia, serta puluhan helikopter.
Angkanya jauh dari Kamboja yang memiliki 1.500 personel angkatan udara, dengan armada pesawat yang relatif kecil, termasuk 10 pesawat angkut dan 10 helikopter angkut. Mereka tidak memiliki pesawat tempur, tetapi memiliki 16 helikopter multiguna, termasuk 6 Mi-17 era Soviet dan 10 Z-9 buatan China.
Secara dukungan ekonomi, anggaran pertahanan Thailand pun lebih besar, mencapai US$5,73 miliar pada 2024. Kamboja memiliki anggaran pertahanan sebesar US$1,3 miliar pada tahun yang sama.
Meski demikian, rasio belanja terhadap produk domestik bruto (PDB) memang terlihat tidak berbeda jauh antara keduanya. Di beberapa periode, Kamboja bisa memiliki persentase lebih tinggi dari Thailand. Namun, secara pendapatan pun Thailand lebih tinggi dari Kamboja.
(Baca: Perbandingan Rasio Belanja Militer Kamboja dan Thailand 2000-2024)