Ini Faktor Ekonomi yang Membuat Warga Indonesia Kurangi Punya Anak

Demografi

Premium

Akbar Ridwan 13/06/2025 18:00 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut survei UNFPA, keterbatasan finansial merupakan faktor ekonomi yang paling mempengaruhi warga Indonesia untuk mengurangi jumlah anak.

Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Masyarakat Indonesia untuk Mengurangi Punya Anak (2024)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Ini Faktor Ekonomi yang Membuat Warga Indonesia Kurangi Punya Anak”.

Rp10.000

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Masyarakat Indonesia untuk Mengurangi Punya Anak (2024)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Menurut survei United Nations Population Fund (UNFPA), sebagian masyarakat global memiliki anak lebih sedikit dari rencana awal mereka.

"Secara global, masyarakat umumnya ingin punya dua orang anak. Namun, banyak yang merevisi jumlah anak yang mereka inginkan," kata UNFPA dalam State of World Population 2025.

Dari 10.000 responden global yang sudah atau ingin memiliki anak, sebanyak 39% merasa kemampuan mereka untuk mewujudkan jumlah anak yang diinginkan dipengaruhi keterbatasan finansial.

(Baca: Warga RI yang Tunda Punya Anak Meningkat pada 2024)

Hal itu juga terjadi di Indonesia. UNFPA menemukan ada 39% responden Indonesia yang merasa sudah atau berniat mengurangi jumlah anak karena keterbatasan finansial.

Kemudian 22% merasakan hal serupa karena keterbatasan perumahan, seperti kurangnya ruangan di rumah mereka, atau harga sewa/beli rumah yang tinggi.

Ada pula yang mengurangi jumlah anak karena masalah pengangguran atau ketidakstabilan pekerjaan (20%), serta kurangnya fasilitas pengasuhan anak yang memadai/berkualitas (6%).

UNFPA melakukan survei ini atas kerja sama dengan YouGov, melibatkan sekitar 14.000 responden orang dewasa yang tersebar di 14 negara pada 15 November-5 Desember 2024.

Selain Indonesia, respondennya berasal dari Korea Selatan, Thailand, Italia, Hungaria, Jerman, Swedia, Brasil, Meksiko, Amerika Serikat, India, Maroko, Afrika Selatan, dan Nigeria.

(Baca: Angka Kelahiran Anak Indonesia Turun Lagi pada 2024)

Editor : Adi Ahdiat