KLHK: Jumlah Titik Panas di Indonesia Capai 165 Dalam 24 Jam Terakhir (Minggu, 23 Juni 2024)

Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 165 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 148 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Minggu (23/6/2024) pukul 16.49 WIB. Dari 165 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 161 titik skala sedang, dan 2 titik skala rendah.

Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.

(Baca: Gempa Bumi hingga Kekeringan, Ini Bencana Alam yang Sering Terjadi di Indonesia hingga Pertengahan 2023)

Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Jawa Timur sebanyak 31 titik. Nusa Tenggara Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 29 titik. Jawa Tengah berada di posisi ketiga sebanyak 15 titik panas.

Sebanyak 13 titik panas terdeteksi di Sulawesi Tengah, Riau menyusul dengan 11 titik panas, serta Banten dan Lampung masing-masing memiliki 11 dan 11 titik panas terdeteksi.

Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.

Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.

(Baca: Gempa Bumi Berkekuatan 4.5 M Guncang 14 Km Utara Dari San Carlos,)