Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 98 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Minggu (22/12/2024) pukul 11.08 WIB. Dari 98 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 94 titik skala sedang, dan 2 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: 10 Daerah dengan Kualitas Udara Paling Bersih di Indonesia, Ternate Posisi Nomor 1 Pagi Ini)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sulawesi Tengah sebanyak 24 titik. Maluku Utara menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 20 titik. Sulawesi Tenggara berada di posisi ketiga sebanyak 18 titik panas.
Sebanyak 11 titik panas terdeteksi di Kalimantan Tengah, Papua menyusul dengan 5 titik panas, serta Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan masing-masing memiliki 4 dan 4 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 10 Daerah dengan Kualitas Udara Paling Bersih di Indonesia, Indramayu Posisi Nomor 1 Pagi Ini)