Serangan pasukan Israel ke Jalur Gaza, Palestina, telah berlangsung selama lima bulan dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Jumlah korban jiwa di sana pun masih terus bertambah sampai sepekan menjelang Ramadan 2024.
Menurut data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), selama 7 Oktober 2023—7 Maret 2024, warga Jalur Gaza yang tewas akibat serangan Israel sudah mencapai 30.800 jiwa, dan korban luka 72.298 orang.
Dalam sehari terakhir terdapat 83 warga Palestina yang tewas, dan 142 warga Palestina terluka.
OCHA menyatakan Israel terus melakukan pengeboman dan operasi militer darat yang intens di sebagian besar Jalur Gaza, mengakibatkan jatuhnya korban sipil, pengungsian, serta kehancuran rumah dan infrastruktur.
OCHA menyebut situasi ini diperburuk dengan munculnya kekerasan terhadap pekerja kemanusiaan, dan dari orang-orang yang mencoba merampas pasokan bantuan.
"Setidaknya dalam lima kesempatan terpisah di bulan Februari, militer Israel menyerang elemen polisi Palestina, mengakibatkan berkurangnya kehadiran mereka di perbatasan dan di sepanjang jalur pasokan utama melalui Gaza," demikian dikutip dari laporan OCHA.
Koordinator Kemanusiaan PBB, Jamie McGoldrick, menyatakan krisis malnutrisi di Gaza bagian utara juga terus memburuk, dan kondisi kelaparan telah mencapai tingkat "bencana".
Pada 6 Maret 2024, Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa seorang anak berusia 15 tahun dan seorang pria berusia 72 tahun meninggal akibat kekurangan gizi dan dehidrasi di Gaza bagian utara. Total jumlah kematian akibat kekurangan gizi di wilayah tersebut sudah mencapai 20 orang.
(Baca: Riset: Malnutrisi Akut di Gaza Bisa Meluas Jika Tak Ada Gencatan Senjata)