KLHK: Jumlah Titik Panas di Indonesia Capai 2.375 Dalam 24 Jam Terakhir (Sabtu, 30 Agustus 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 2.375 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 2935 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (30/8/2025) pukul 11.30 WIB. Dari 2.375 titik panas terdeteksi, 40 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 2241 titik skala sedang, dan 94 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Jakarta dan Medan Kota Berpolusi Terburuk Dunia, Ini Tren Kualitas Udaranya)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 1467 titik. Kepulauan Bangka Belitung menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 145 titik. Nusa Tenggara Timur berada di posisi ketiga sebanyak 126 titik panas.
Sebanyak 71 titik panas terdeteksi di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan menyusul dengan 69 titik panas, serta Kalimantan Tengah dan Jambi masing-masing memiliki 69 dan 64 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Indonesia, Negara dengan Kualitas Udara Terburuk di Asia Tenggara)