Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Restorasi Merah-Himpunan Mahasiswa Tambang Institut Teknologi Bandung (ITB) serta sejumlah universitas di Indonesia menunjukkan, tenaga kerja di sektor pertambangan Indonesia paling banyak berasal dari lulusan sekolah dasar (SD), sebanyak 31,6% dari total pekerja sektor tambang 2022.
Terbesar selanjutnya tingkat SMP dan SMA/SMK sederajat dengan persentase beda tipis, masing-masing 21,5% dan 21,6%.
Pekerja tambang yang belum tidak atau belum tamat SD pun cukup banyak, yakni 14,2%. Sementara pekerja tambang dari pendidikan tingginya sangat sedikit, seperti diploma I/II/III hanya 0,6% dan S1 atau lebih tinggi 1,7%.
Tim riset menyebut, pekerjaan di sektor pertambangan, terutama batu bara, masih menarik bagi angkatan kerja. Ini karena sektor pertambangan batu bara memberikan gaji lebih tinggi dibandingkan dengan sebagian besar sektor lain dalam ekonomi Indonesia.
Analisis tim menunjukkan, pekerjaan pertambangan batu bara membayar upah yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa sektor lain pada 2018, lebih dari rata-rata upah pertanian hingga dua kali lipat, 86% lebih tinggi dari upah rata-rata pekerjaan konstruksi, dan 59% lebih tinggi dari upah rata-rata manufaktur.
Sementara itu, data yang diolah tim menunjukkan, terdapat hampir 240.000 pekerja yang bekerja di sektor pertambangan batu bara.
"Bila pemerintah sepenuhnya menghentikan penggunaan PLTU maupun produksi batu bara, maka artinya harus bersiap membuka lapangan kerja baru untuk ratusan ribu tenaga kerja RI yang saat ini bekerja di industri pertambangan batu bara," tulis tim riset dalam laporannya dikutip Jumat (31/5/2024).
(Baca juga: Harga Acuan Batu Bara Indonesia Turun 5,83% pada Mei 2024)