Sejak perang Israel-Hamas meletus 7 Oktober 2023, ada banyak seruan boikot terhadap perusahaan pro Israel.
Salah satu yang menjadi sasaran boikot adalah Starbucks, perusahaan kedai kopi asal Amerika Serikat (AS).
(Baca: Harga Saham Starbucks Melorot di Tengah Seruan Boikot)
Hal itu terlihat dari ramainya penggunaan tagar #boycottstarbucks di media sosial TikTok.
Berdasarkan data TikTok Creative Center, dalam sebulan terakhir (7 November-6 Desember 2023) ada sekitar 9.000 unggahan video dengan tagar tersebut, yang sudah ditonton sekitar 90 juta kali secara global.
TikTok juga mengukur intensitas penggunaan tagar secara geografis dengan skor indeks khusus.
Jika skor indeksnya 200, artinya pemakaian tagar di suatu negara 2 kali lipat lebih tinggi dari rata-rata global. Kemudian skor 300 berarti 3 kali lipat lebih tinggi, dan seterusnya.
Dengan sistem tersebut, tagar #boycottstarbucks paling banyak berasal dari Bahrain dengan skor indeks 594.
Artinya, penggunaan tagar boikot Starbucks di negara Timur Tengah itu 5,94 kali lipat lebih tinggi dari rata-rata global.
Negara lain yang banyak menggunakan tagar serupa adalah Kanada, AS, Malaysia, dan Qatar, dengan skor indeks seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Sekitar 200 Perusahaan Dukung Israel, Mayoritas dari AS)
Seruan pemboikotan Starbucks dilatarbelakangi banyak hal, salah satunya silang pendapat antara serikat pekerja dan manajemen perusahaan.
Pada Oktober 2023, tak lama setelah perang Israel-Hamas meletus, akun media sosial X bernama Starbucks Workers United mengunggah cuitan "Solidarity with Palestine!" dan “Once again, free Palestine.”
Namun, manajemen Starbucks menyatakan cuitan itu bukan dari serikat pekerja resmi mereka. Manajemen juga menyebut dukungan ke Palestina itu sebagai "misinformasi".
"Kami sangat tidak setuju dengan pandangan kelompok yang mengatasnamakan Starbucks Workers United," kata manajemen Starbucks dalam siaran persnya (17/10/2023).
"Kelompok itu tidak mewakili Starbucks Coffee Company dan tidak mewakili pandangan, posisi, atau keyakinan perusahaan kami," kata manajemen Starbucks lagi.
Kendati tidak menyatakan dukungan eksplisit ke Israel, hal itu membuat banyak orang menganggap Starbucks berada di kubu Zionis.
(Baca: Ini Perusahaan yang Membantu Pendudukan Israel di Palestina menurut PBB)