BPS: Siswa Laki-laki Lebih Banyak Jadi Korban Bullying

Demografi
1
Cindy Mutia Annur 06/10/2023 17:16 WIB
Persentase Siswa yang Mengalami Perundungan/Bullying di Indonesia (2021)*
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan bertajuk Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia 2022, mayoritas siswa yang mengalami perundungan alias bullying di Tanah Air adalah laki-laki.

Laporan itu mencatat, siswa laki-laki mendominasi korban kasus bullying yang terjadi di Indonesia pada kategori kelas 5 SD, kelas 8 SMP, dan kelas 11 SMA/SMK dalam setahun terakhir pada 2021.

Rinciannya, persentase kasus bullying di kategori kelas 5 SD pada siswa laki-laki sebanyak 31,6%, lalu diikuti perempuan 21,64%, dan secara nasional 26,8%.

Kemudian, persentase kasus bullying di kategori siswa kelas 8 SMP pada siswa laki-laki mencapai 32,22% atau tertinggi di antara kategori kelas maupun gender lainnya. Lalu, diikuti siswa perempuan sebesar 19,97%, dan se-Indonesia 26,32%.

Sementara, persentase kasus bullying di kategori siswa kelas 11 SMA/SMK pada siswa laki-laki sebanyak 19,68%, diikuti perempuan 11,26%, dan secara nasional 15,54%.

“Persentase siswa laki-laki yang mengalami perundungan lebih tinggi daripada siswa perempuan,” kata BPS dalam laporannya.

Dunia Pendidikan Darurat Bullying

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aries Adi Leksono mengatakan, Indonesia tengah mengalami darurat kekerasan terhadap anak, khususnya di dunia pendidikan. Hal itu lantaran maraknya aksi bullying di Tanah Air yang terjadi beberapa waktu belakangan.

"Sepekan terakhir dunia pendidikan kita sedang mengalami darurat kekerasan, hal itu dibuktikan dengan maraknya aksi bullying dan perundungan, serta bentuk kekerasan lainnya pada lingkungan satuan pendidikan di beberapa daerah," ujar Aries dilansir Kompas.com, Jumat (6/10/2023).

Ia mencontohkan, sejumlah aksi bullying yang terjadi di Jakarta, Cilacap, Demak, Gresik, Lamongan, Balikpapan dan berbagai daerah lainnya yang belum terungkap. Menurut Aries, fenomena bullying seperti gunung es karena hanya kasus yang viral saja yang menjadi sorotan.

"Yang lain masih belum terungkap, satu kasus tertangani, kasus lain lebih banyak lagi yang terabaikan," kata Aries.

Apalagi, Aries melanjutkan, data KPAI hingga Agustus 2023 mencatat ada 810 kasus kekerasan anak di lingkungan sekolah dan lingkungan sosial. "Data ini cenderung naik setiap bulannya, sehingga perlu mendapatkan perhatian bersama untuk menekan penurunan angka kekerasan anak, khususnya di lingkungan satuan pendidikan," kata dia.

Menurut Aries, lingkungan pendidikan harus aman dan nyaman untuk anak, sehingga tumbuh kembang anak bisa menjadi maksimal. "Untuk itu perlu semua pihak turun tangan mengatasi situasi darurat kekerasan pada satuan pendidikan, baik pemerintah pusat dan daerah, keluarga, masyarakat, pihak satuan pendidikan, termasuk peserta didik," kata dia.

Sebelumnya, kasus bullying yang sempat menjadi sorotan publik dalam beberapa pekan terakhir yaitu kasus perundungan korban FF (14) di Cilacap, Jawa Tengah. Video perundungan itu viral di media sosial, Selasa (26/9/2023). Dalam rekaman tersebut, tampak seorang bertopi memukul dan menendang korban. Adapun korban dan pelaku berasal dari sekolah yang sama.

Kasus bullying lainnya yang menjadi sorotan yaitu terjadi pada R (13), siswi SD yang meninggal dunia karena melompat dari lantai empat sekolahnya di Jakarta Selatan. Menurut keterangan polisi, R sempat terlibat aksi dorong-dorongan dengan temannya berinisial H. 

(Baca: Kasus Perundungan Sekolah Paling Banyak Terjadi di SD dan SMP hingga Agustus 2023)

Data Populer
Lihat Semua