Jepang tengah disorot masyarakat dunia karena mereka membuang limbah nuklir ke laut pada Agustus 2023.
Limbah itu berupa air yang terkontaminasi zat radioaktif, bekas dipakai untuk mendinginkan reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi milik Tokyo Electric Power Company (Tepco).
(Baca: Kontroversi Limbah Nuklir, Negara Mana yang Gemar Impor Ikan dari Jepang?)
Namun, sebelum dibuang, Tepco mengklaim sudah mengolah air limbah tersebut dengan metode Advanced Liquid Processing System (ALPS), sehingga kontaminasi radioaktifnya memenuhi standar keselamatan internasional.
Hal itu juga dikonfirmasi oleh International Atomic Energy Agency (IAEA), badan otonom di bidang kerja sama penggunaan nuklir internasional.
"Para ahli dari IAEA hadir di lapangan untuk menjadi mata bagi masyarakat internasional, memastikan bahwa pembuangan limbah nuklir Jepang dilakukan sesuai rencana dan konsisten dengan standar keselamatan IAEA," kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi dalam siaran persnya, Kamis (24/8/2023).
"Dengan kehadiran kami, IAEA berkontribusi dalam membangun keyakinan bahwa proses tersebut dilakukan dengan cara yang aman dan transparan," katanya lagi.
Adapun saat ini Jepang tercatat sebagai negara produsen energi nuklir terbesar ke-8 di dunia.
Menurut data yang dihimpun IAEA, sepanjang 2022 Jepang menghasilkan listrik berbasis energi nuklir sebesar 51,91 terawatt-hour (TWh).
Namun, Jepang masih kalah jauh dibanding Amerika Serikat, Tiongkok, Prancis, Rusia, dan Korea Selatan, yang produksi listrik nuklirnya berada di kisaran 167 sampai 772 TWh, seperti terlihat pada grafik di atas.
(Baca: Sumber Energi Alternatif, Ini Negara Asia dengan Reaktor Nuklir Terbanyak)