Perusahaan properti besar asal Tiongkok, Country Garden Holdings, sedang terbelit masalah utang.
Menurut laporan keuangannya, pada akhir 2022 nilai total utang Country Garden mencapai RMB 1,43 triliun atau sekitar Rp3 kuadriliun (asumsi kurs Rp2.094 per RMB). Proporsi utang ini mencapai 82% dari total aset mereka.
(Baca: Tunggakan KPR di Jakarta Tembus Rp3,6 Triliun, Terbesar se-Indonesia)
Di tengah utang yang sangat besar, pada awal Agustus 2023 Country Garden kemudian lalai membayar kupon obligasi senilai USD 22,5 juta atau sekitar Rp343,2 miliar (asumsi kurs Rp15.253 per USD).
Masalah itu menimbulkan kekhawatiran, mengingat Country Garden merupakan perusahaan besar yang beroperasi di banyak negara, termasuk Indonesia.
"Kami melihat ada risiko penularan (masalah utang Country Garden) yang tinggi, tidak hanya ke sektor usaha lain, tapi juga berdampak ke perekonomian yang lebih luas," kata Soo Chong Lim, analis JPMorgan Chase & Co, dilansir Yahoo Finance, Senin (14/8/2023).
Berdasarkan laporan keuangannya, sampai akhir 2022 Country Garden memiliki proyek pengembangan properti yang belum rampung (under development) dengan nilai total RMB 912,2 miliar atau sekitar Rp1,9 kuadriliun.
Properti under development itu paling banyak berada di Tiongkok, dengan akumulasi nilai proyek RMB 899,3 miliar atau sekitar Rp1,88 kuadriliun.
Adapun nilai proyek Country Garden yang belum rampung di Indonesia mencapai RMB 1,8 miliar atau sekitar Rp3,8 triliun.
Laporan tersebut tidak merinci apa saja proyek yang mereka garap di Indonesia. Namun, dari hasil pencarian di Google, nama Country Garden terlibat dalam pengembangan apartemen Sky House BSD+ dan Sky House Alam Sutera+ di Tangerang, Banten.
Menurut keterangan di situs web dan akun media sosialnya, sampai Agustus 2023 apartemen Sky House BSD+ Kensington Tower masih dalam tahap konstruksi, dan dijadwalkan akan serah terima pada 2025.
Kemudian apartemen Sky House Alam Sutera+ Castilla Tower masih dalam proses pembangunan fondasi per Januari 2023. Belum ada publikasi resmi dari perusahaan terkait progres kedua proyek tersebut.
Pada awal Agustus 2023 Country Garden juga merilis profit warning, yang menyatakan kinerja perusahaan memburuk pada paruh pertama tahun ini.
"Berdasarkan perkiraan dan data lain yang tersedia saat ini, grup memperkirakan kerugian bersih untuk semester I 2023 berkisar antara RMB 45 miliar hingga RMB 55 miliar, berbalik dari laba bersih RMB 1,91 miliar pada semester I 2022," kata manajemen Country Garden dalam rilisnya.
Mereka menyatakan, perkiraan kerugian bersih ini terutama disebabkan oleh penurunan penjualan industri real estat, penurunan laba kotor, penurunan nilai proyek properti, serta kerugian akibat fluktuasi nilai tukar mata uang asing.
"Sejak tahun 2021, industri ini telah memasuki masa sulit yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan berbagai faktor yang tidak menguntungkan telah terjadi, sehingga mengakibatkan industri menghadapi kesulitan dan tantangan berat," kata mereka.
(Baca: Penyaluran KPR Meningkat, Kredit Bermasalah Ikut Bertambah)