Jagat dunia maya belakangan ramai memperbincangkan kualitas udara di sekitar tempat tinggal mereka, terutama di Jakarta. Menurut data IQAir, Jakarta kerap masuk ke daftar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Agustus 2023.
Lantas, bagaimana tanggapan masyarakat Indonesia mengenai kondisi udara di sekitarnya?
Menurut hasil survei Kurious-Katadata Insight Center (KIC), mayoritas responden merasa kondisi udara di sekitarnya terkena debu dan asap kendaraan. Proporsinya mencapai 57,4%.
Kemudian 47,9% responden merasa suhu udara di sekitar mereka meningkat. Di sisi lain, ada 34,4% responden yang menilai kondisi udara di sekitarnya biasa saja atau masih normal.
Ada pula responden yang merasa sesak jika menghirup udara di sekitarnya (17,8%), diikuti responden yang menilai udara sekitarnya berkabut dan menghalangi pemandangan (17,6%).
Hanya sedikit reponden yang menilai bahwa udara di sekitar mereka masih asri dan bersih sehingga terasa sejuk (15,4%). Ada juga sebagian kecil responden yang merasa udara sekitarnya berbau menyengat (13,3%).
Survei Kurious-KIC dilakukan terhadap 512 responden dari berbagai wilayah di Indonesia, dengan proporsi 54,6% responden laki-laki dan 45,4% responden perempuan.
Lebih dari separuh responden berasal dari Pulau Jawa selain Jakarta (62,5%), diikuti responden dari Pulau Sumatra (14,6%) dan DKI Jakarta (14,2%). Sementara proporsi responden yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa, dan Maluku-Papua berada di rentang 0,2%-3,3%.
Mayoritas responden berasal dari kelompok usia antara 25-34 tahun (34,8%), diikuti kelompok 35-44 tahun (29,9%) dan kelompok 45-54 tahun (18,4%).
Pengumpulan data dilakukan pada 21-22 Agustus 2023 menggunakan metode computer-assisted web interviewing (CAWI), dengan toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 4,31% dan tingkat kepercayaan 95%.
(Baca: Sumber Polusi Udara Jakarta, dari Asap Knalpot sampai Garam Laut)