Tren Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Terus Membaik dalam 4 Tahun Terakhir

Layanan konsumen & Kesehatan
1
Cindy Mutia Annur 10/08/2023 17:36 WIB
Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif di Indonesia (2015-2022)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Tren bayi yang menerima air susu ibu (ASI) eksklusif atau di bawah usia 6 bulan di Indonesia semakin membaik. Hal ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan persentase pemberian ASI eksklusif nasional terus meningkat dalam 4 tahun terakhir, 2019-2022.

Data teranyar menunjukkan, persentase pemberian ASI eksklusif di dalam negeri mencapai 72,04% dari populasi bayi berusia 0-6 bulan pada 2022. Angka itu meningkat 0,65% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang sebesar 71,58%.

Tren peningkatan terjadi pada 2019. Pertumbuhan pemberian ASI eksklusif melonjak 50,33% dari 2018, menjadi 66,69%. Kenaikan persentase ini menjadi yang tertinggi dalam 7 tahun terakhir.

Selama 7 tahun terakhir, persentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia mencapai angka tertinggi pada 2022. Sementara, persentase terendahnya terjadi pada 2018.

Berdasarkan provinsinya, pemberian ASI eksklusif tertinggi nasional berada di Nusa Tenggara Barat pada 2022 dengan persentase mencapai 79,69%. Posisinya disusul oleh Jawa Tengah dan Kalimantan Utara dengan persentase pemberian ASI eksklusif masing-masing 78,71% dan 78,7%.

Sementara, Gorontalo tercatat sebagai provinsi dengan pemberian ASI eksklusif terendah nasional pada 2022. Persentasenya hanya sebesar 53,6%.

Kalimantan Tengah menempati posisi kedua pemberian ASI eksklusif terendah nasional dengan persentase 55,26%. Ada pula Sumatra Utara dan Maluku di posisi berikutnya dengan persentase pemberian ASI eksklusif masing-masing 57,17% dan 59,62% pada 2022.

Pentingnya pemberian ASI eksklusif turut disampaikan oleh Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat (Dirjen Kesmas) Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi. Menurut dia, apabila bayi tidak diberi ASI, maka akan meningkatkan risiko terserang infeksi dan mengalami masalah gizi.

“Ada gizi paling lengkap di dalam ASI, jadi kalau tidak diberikan ASI, bayi berisiko mengalami alergi dan intoleransi laktosa,” kata Maria dikutip dari Antara, Selasa (8/8/2023).

Di sisi lain, Maria menyoroti bahwa tugas untuk menjaga produksi ASI tak hanya diemban oleh ibu saja, melainkan juga tugas keluarga untuk memastikan agar kualitas ASI tetap terjaga.

“Utamanya peran keluarga di rumah itu penting untuk memantau ibu cukup tidak istirahatnya, apakah ibu dalam kondisi psikologis yang baik, itu juga mempengaruhi produksi ASI,” kata Maria.

(Baca: Inilah 10 Provinsi dengan Pemberian ASI eksklusif Tertinggi Nasional pada 2021)

Data Populer
Lihat Semua