Lintas Rel Terpadu (LRT) tengah menjadi sorotan publik menuju pengoprasiannya pada 12 Juli 2023. Moda transportasi ini disebut salah desain pada bagian jembatan rel atau longspan di Kuningan, Jakarta Selatan.
Melansir Kompas.com, kesalahan desain itu akhirnya membuat kecepatan kereta LRT Jabodebek harus melambat saat lewat tikungan tersebut.
"Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain, karena dulu Adhi (Karya) sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya," ungkap Wakil Menteri BUMN Kartika Wiryoatmodjo dalam acara InJourney Talks, Selasa (1/8/2023).
Tiko, sapaannya, menyebut tikungan tersebut kurang lebar. Jika tikungan jembatan lebih lebar, maka kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dengan kencang.
"Tapi karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau enggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelan banget," papar Tiko.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menjajal moda tersebut hari ini, Kamis (3/8/2023). Terkait kesalahan desain, Jokowi merasa tak bermasalah untuk diperbaiki. Mengingat, konstruksi proyek ini kali pertama dikerjakan tangan Indonesia, utamanya dari PT Adhi Karya (Persero) dan PT Industri Kereta Api/INKA (Persero).
"Jangan senang mencari-cari kesalahan. Kesalahan pasti ada, karena baru pertama kali dan ini adalah produksi PT INKA. Konstruksinya dikerjakan oleh kita sendiri, semuanya kita sendiri. Jadi kalau ada kurang-kurang harus dimaklumi, tapi kita perbaiki," kata Jokowi, seperti diwartakan Detik.com, Kamis (3/8/2023).
Groundbreaking LRT Jabodebek sudah dimulai sejak 9 September 2015. Biayanya telah menelan Rp32,5 triliun hingga saat ini.
(Baca juga: Berapa Besaran Tarif LRT Jabodebek?)
Melansir Bisnis.com, nominal tersebut sebenarnya sudah membengkak sebanyak Rp2,6 triliun dari rencana awal sebesar Rp29,9 triliun. Cost overrun ini karena keterlambatan penyelesaian lahan depo kereta akibat pandemi Covid-19, tepatnya pada biaya praoperasi dan biaya Interest During Construction (IDC).
Kepala Divisi LRT Jabodebek KAI, Mochamad Purnomosidi menegaskan bahwa proyek LRT Jabodebek ini dipastikan tidak akan mengalami pembengkakan biaya lagi menjelang pengoperasiannya.
“Ada lahan depo yang belum selesai waktu itu, jadi mau tidak mau mengalami kemunduran yang berdampak pada penambahan biaya,” kata Purnomosidi, pada Senin (15/5/2023).
Bila dibandingkan dengan moda lainnya, seperti Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta Fase 2, nilai proyek LRT tentu lebih besar. MRT Fase 2, yang mulai groundbreaking pada 2022 dan diestimasikan selesai pada 2029, menelan biaya Rp25,3 triliun.
Melansir Kompas.com, angka tersebut juga sudah membengkak dari estimasi awal sebesar Rp22,6 triliun. Cost overrun dikarenakan kenaikan harga rata-rata raw material lebih dari 50% sejak 2018, buntut dari krisis rantai pasok dan permintaan tinggi setelah pandemi Covid-19.
"Jadi, sejak tahun 2018 memang ada masalah supply chain yang kita ketahui bersama selama bertahun-tahun, puncaknya di tahun-tahun ini," kata Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Persero) Silvia Halim dalam Forum Jurnalis MRT Jakarta, Selasa (20/9/2022).
Melansir laman MRT, Fase 2 terdiri dari dua tahap, yaitu fase 2A dan fase 2B. Fase 2A terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah (Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota) dengan total panjang jalur sekitar 5,8 kilometer.
Sementara Fase 2B terdiri dari dua stasiun bawah tanah (Mangga Dua dan Ancol) dan satu depo di Ancol Barat dengan total panjang jalur sekitar enam kilometer. Fase 2B sedang dalam tahap studi kelayakan.
Nilai proyek MRT Fase 2 juga lebih tinggi ketimbang Fase 1 yang kini sudah lancar beroperasi, yakni Rp16 triliun, seperti diwartakan Okezone.com.
Kendati begitu, LRT dan MRT memang memiliki perbedaan. Utamanya pada penggunaan relnya.
Otoklix.com menulis, MRT memakai rel sepasang, sedangkan LRT memakai tiga rel. Sumber listrik MRT ada di atas kereta, sementara LRT di bawah kereta. Selain itu ada juga perbedaan kapasitas penumpang, jumlah gerbong, kecepatan, hingga jumlah stasiun.
Persamaannya, kedua moda ini memiliki kecepatan tinggi, yang disesuaikan dengan jangkauan operasionalnya.
(Baca juga: MRT Jakarta Miliki Ketepatan Waktu Nyaris Sempurna, Berikut Trennya Sejak Awal Beroperasi)