Solar photovoltaic, yang disebut juga sebagai modul atau panel surya, adalah teknologi untuk mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Teknologi ini diproduksi menggunakan bahan baku mineral kritis (critical minerals).
Menurut International Energy Agency (IEA), mineral kritis yang paling banyak dibutuhkan industri panel surya adalah silikon dan tembaga.
IEA memperkirakan, volume permintaan (demand) silikon untuk produksi panel surya global mencapai 756 ribu ton pada 2022. Kemudian permintaan tembaga untuk sektor ini mencapai 681 ribu ton.
Sementara, permintaan mineral jenis lainnya jauh lebih sedikit, seperti terlihat pada grafik di atas.
(Baca: IEA: Energi Surya Dominasi Pembangkit Listrik Global pada 2030)
IEA memperkirakan permintaan mineral kritis secara global akan terus meningkat, seiring dengan tren penggunaan teknologi bersih yang juga diramal menguat.
"Pengembangan teknologi bersih, seperti panel surya dan baterai listrik telah mendorong pertumbuhan pasar mineral yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata IEA dalam laporan Critical Minerals Market Review 2023.
"Keterjangkauan dan kecepatan transisi energi akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan mineral kritis ini," lanjutnya.
Selain untuk pengembangan energi surya, komoditas mineral kritis juga banyak dibutuhkan oleh industri pembangkit listrik tenaga angin, kendaraan listrik, serta baterai penyimpan energi terbarukan.
Menurut data IEA, pada 2022 industri pembangkit listrik tenaga angin paling banyak menggunakan mineral jenis seng (zinc) dan tembaga. Sementara industri kendaraan listrik dan baterai paling banyak menggunakan grafit.
(Baca: Bukan Nikel, Ini Mineral yang Paling Banyak Dibutuhkan Industri Kendaraan Listrik)