Badan Pusat Statistik (BPS) menghimpun emisi karbon dioksida (CO2) dari penggunaan energi sektor lapangan usaha dan rumah tangga Indonesia sepanjang 2017-2021.
Untuk seluruh lapangan usaha, emisi CO2 yang disumbang pada 2017 mencapai 456.932 ribu ton atau 456.932.000 ton. Setahun setelahnya, emisi meningkat cukup tajam hingga menjadi 548.368.000 ton.
Menginjak 2019, emisinya masih meningkat menjadi 593.715.000 ton. Namun pada 2020, emisi CO2 dari seluruh sektor usaha ini menurun, menjadi 535.453.000 ton. Pada data terakhir, 2021, emisinya meningkat sedikit menjadi 536.830.000 ton.
BPS menyebut, subsektor pengadaan listrik dan gas merupakan lapangan usaha penyumbang emisi CO2 terbesar di Indonesia selama periode 2017-2021. Mereka menyumbang lebih dari 50% dari total emisi CO2 seluruh lapangan usaha setiap tahun.
"Ini disebabkan karena lapangan usaha tersebut juga menggunakan energi untuk keperluan transformasi energi, sehingga emisi CO2 yang dihasilkan juga relatif lebih besar," tulis BPS dalam laporan Neraca Arus Energi dan Neraca Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia.
(Baca juga: Transportasi, Sumber Utama Emisi Gas Rumah Kaca DKI Jakarta)
Bahkan, emisi CO2 dari lapangan usaha ini cenderung terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
"Pada tahun 2021, emisi CO2 dari lapangan usaha pengadaan listrik dan gas meningkat sebesar 24,45% dibandingkan dengan emisi CO2 yang dihasilkan pada 2017," tulis BPS.
Sementara itu, untuk emisi CO2 sektor rumah tangga, angkanya pun fluktuatif. Pada 2017, emisinya sebesar 72.608.000 ton. Angkanya kemudian naik pada 2018, menjadi 77.045.000 ton.
Selanjutnya pada 2019, emisi dari sektor ini meningkat lagi menjadi 82.546.000 ton. Masuk 2020, emisinya menurun menjadi 79.346.000 ton. Sayangnya, pada 2021, emisinya meningkat lagi menjadi 82.025.000 ton.
Meski kedua sektor ini menyumbang volume yang jauh berbeda, tetapi emisi keduanya kompak menurun saat 2020 atau pandemi Covid-19.
"Pada 2020, emisi CO2 yang dihasilkan oleh rumah tangga di Indonesia sempat mengalami penurunan menjadi 79.346 ribu ton (79.346.000 ton), yang disebabkan oleh berkurangnya penggunaan energi untuk transportasi pribadi yang pergerakannya terbatas akibat pandemi Covid-19," tulis BPS dalam laporannya.
(Baca juga: Emisi Karbon Global Naik Lagi pada 2022, Pecahkan Rekor Baru)