Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75% pada Maret 2023. Ini merupakan kali kedua secara berturut-turut bank sentral mempertahankan suku bunga acuan.
“Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, dikutip dari siaran pers, Kamis (16/3/2023).
BI optimistis BI7DRR sebesar 5,75% memadai untuk mengarahkan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0% plus minus 1% pada semester I-2023.
Sebelumnya, BI telah menaikkan suku bunga acuan 225 basis points (bps) sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023.
Berdasarkan data Trading Economics, suku bunga BI saat ini menempati peringkat kelima tertinggi di ASEAN. Posisi puncak ditempati oleh Laos, yang suku bunga bank sentralnya mencapai 7,5%.
Selanjutnya, Myanmar menempati peringkat kedua dengan suku bunga acuan sebesar 7%. Posisinya disusul oleh Filipina dan Vietnam dengan suku bunga acuan masing-masing 6%.
Di bawah Indonesia, ada Brunei Darussalam dengan suku bunga di level 5%. Kemudian, suku bunga acuan bank sentral Singapura, Malaysia, Thailand, dan Kamboja sebesar 3,6%, 2,75%, 1,5%, dan 0,85%.
Di sisi lain, suku bunga acuan Timor Leste, yang sudah menjadi anggota ASEAN sejak November 2022, datanya tidak tersedia di laman Trading Economics.
Adapun gelaran Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN Summit 2023 bakal diselenggaran di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada Mei 2023 mendatang. Indonesia sebagai tuan rumah, akan membahas sejumlah isu prioritas mulai dari isu ketahanan pangan, stabilitas keuangan, ketahanan energi, dan kesehatan.
(Baca: Inflasi dan Rupiah Masih Terjaga, BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75% pada Maret 2023)