Laba bersih emiten pertambangan batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk mencatatkan rekor tertinggi, yakni US$2,49 miliar atau senilai Rp38,17 triliun pada 2022 (asumsi kurs Rp15.312 per dolar AS).
Capaian itu meningkat 167% dibandingkan periode 2021 sebesar US$933,4 juta atau senilai Rp14,28 triliun.
Namun pada masa pandemi Covid-19 2020, laba bersih yang dikumpulkan hanya US$146 juta, setara Rp2,23 triliun. Padahal sebelum pandemi, laba bersih perusahaan bersandi ADRO ini kerap di atas 400 juta dolar.
Laba pada 2019 sebesar US$404,1 juta (Rp6,18 triliun), pada 2018 sebesar US$417,7 juta (Rp6,38 triliun), dan 2017 sebesar US$483,2 juta (Rp7,39 triliun).
Dilansir Katadata, Garibaldi Thohir, CEO Adaro Energy Indonesia mengungkapkan bahwa ini merupakan rekor kinerja tertinggi. Pendapatan naik lebih dua kali lipat menjadi $8,1 miliar berkat operasi yang efisien, serta topangan dari kenaikan harga jual produk-produk perusahaan.
Hal ini, kata pengusaha yang disapa Boy Thohir, tercermin pada operasional EBITDA US$5,0 miliar dan laba inti US$3,0 miliar, yang masing-masing mencatat kenaikan 139% dan 140% secara tahunan.
"Profitabilitas yang tinggi ini akan mendukung kami dalam mempercepat proyek-proyek transformasi dan membangun Adaro yang lebih besar dan lebih ramah lingkungan," kata Boy Thohir, dalam keterangan pers, Jumat (3/3/2023).
(Baca juga: Adaro Energy Selalu Bagi-bagi Dividen Sejak IPO, Berapa Nilai Tiap Tahunnya?)