Laba Bersih Adaro Energy Meningkat 5 Kali Lipat Lebih pada 2021

Pasar

Lite

Reza Pahlevi 04/03/2022 17:40 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Perusahaan tambang Adaro Energy Tbk mencatatkan pendapatan sebesar US$3,99 miliar dan laba bersih sebesar US$933,49 juta pada 2021.

Pendapatan dan Laba/Rugi Bersih Adaro Energy (2017-2021)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

Laba Bersih Adaro Energy Meningkat 5 Kali Lipat Lebih pada 2021

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Pendapatan dan Laba/Rugi Bersih Adaro Energy (2017-2021)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Perusahaan tambang Adaro Energy Tbk mencatatkan pendapatan sebesar US$3,99 miliar dan laba bersih sebesar US$933,49 juta pada 2021. Jika dibandingkan dengan 2020, laba bersih Adaro meningkat 535% atau lebih dari 5 kali lipat.

Kinerja 2021 ini juga menjadi kinerja terbaik dalam 5 tahun terakhir. Pada 2020 lalu, Adaro mencatatkan pendapatan sebesar US$2,54 miliar dan laba bersih sebesar US$147 juta.

Kinerja Adaro dibantu oleh harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batu bara yang meningkat 70% jika dibandingkan dengan 2020. Dengan peningkatan harga ini, pendapatan Adaro meningkat 58% dari 2020 meski kuantitas penjualannya turun 5% menjadi 51,6 juta ton.

Harga batu bara memang tinggi sepanjang 2021. Harga batu bara acuan (HBA) bahkan sempat menyentuh US$215,01 per ton pada November 2021.

HBA dapat meningkat lagi tahun ini jika mengacu dari harga ICE Newcastle yang sempat menyentuh US$440 per ton pada Kamis (3/3). Kenaikan harga produk-produk energi ini diperkirakan terdampak invasi Rusia terhadap Ukraina.

Editor : Adi Ahdiat