Angka kelahiran anak atau total fertility rate (TFR) di Indonesia terus menurun dalam tiga dekade belakangan.
Menurut data World Population Prospects, pada 1990 TFR Indonesia masih di level 3,10. Artinya, setiap satu orang perempuan rata-rata melahirkan tiga anak sepanjang masa reproduksinya.
Kemudian di tahun-tahun berikutnya TFR bergerak turun hingga mencapai 2,15 pada tahun lalu. Secara kumulatif, angka kelahiran Indonesia sudah berkurang 30,64% selama periode 1990-2022.
Kendati ada penurunan angka kelahiran, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menilai Indonesia tidak mengalami resesi seks.
"Di Indonesia, dalam satu tahun yang lahir hampir 4,8 juta (anak). Jadi jauh dari resesi seks, kalau diterjemahkan sebagai penurunan atau ketidakinginan punya anak," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, dilansir Antara, Minggu (29/1/2023).
"Orang mau berkeluarga di Indonesia cenderung untuk prokreasi atau mendapatkan keturunan, itu hampir 99 persen. Coba tanyakan ke pasangan usia subur atau orang yang baru menikah, tujuannya pasti prokreasi," kata Hasto.
"Saya juga pastikan bahwa rata-rata satu perempuan (di Indonesia) masih melahirkan satu anak perempuan juga. Jadi tidak perlu khawatir untuk terjadi resesi dari sisi reproduksi," katanya lagi.
Namun demikian, Hasto mengungkap bahwa saat ini perempuan Indonesia cenderung menikah di usia yang lebih tua.
"Rata-rata usia perempuan yang menikah pertama kali di tahun 2021 berusia 22 tahun. Sementara sekitar 5-10 tahun lalu, rata-rata usia perempuan menikah 20 atau 21 tahun, bahkan di bawah itu," kata Hasto.
(Baca: Jepang dan Korsel Dilanda Resesi Seks? Ini Angka Kelahiran di Wilayahnya)