Menurut proyeksi sejumlah lembaga internasional, 2023 akan menjadi tahun yang penuh tantangan.
Bank Dunia, misalnya, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan melemah dari 2,9% pada 2022 menjadi 1,7% pada tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi akan melambat tajam seiring tingginya laju inflasi, suku bunga yang lebih tinggi, berkurangnya investasi, serta gangguan yang disebabkan invasi Rusia ke Ukraina," kata Bank Dunia dalam Global Economic Prospects edisi Januari 2023.
Di tengah ramalan suram ini, para Chief Executive Officer (CEO) atau pimpinan perusahaan swasta telah menyiapkan berbagai strategi agar bisnisnya tetap bertahan.
"Dalam jangka pendek, para CEO akan memacu pertumbuhan pendapatan dan memangkas biaya operasional, tanpa menunda inisiatif strategis seperti aksi merger dan akuisisi," kata PricewaterhouseCoopers (PwC) dalam laporan CEO Global Survey terbaru.
Menurut survei PwC, saat ini 52% CEO sudah menekan biaya operasional dan 33% berencana melakukannya dalam setahun ke depan. Strategi lain yang banyak dipilih adalah diversifikasi produk dan menaikkan harga produk.
Ada juga CEO yang berupaya menghadapi ancaman resesi dengan menghentikan perekrutan karyawan, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), atau menurunkan gaji. Namun, persentasenya lebih kecil seperti terlihat pada grafik.
"Survei ini menemukan kebanyakan CEO tidak melakukan PHK, karena belakangan banyak fenomena pengunduran diri massal (great resignation) di sejumlah negara," kata PwC.
"Persaingan pencarian tenaga kerja akan tetap ketat, bahkan di tengah kondisi ekonomi yang memburuk. Dalam situasi ini, mengupayakan kebahagiaan pekerja akan menjadi prioritas," katanya lagi.
PwC melakukan survei ini terhadap 4.410 CEO yang tersebar di 105 negara selama periode Oktober-November 2022.
Mayoritas CEO yang disurvei memiliki pendapatan perusahaan USD 100 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun per tahun (38%).
Sebagian responden lainnya berpendapatan usaha antara Rp 1,5 triliun sampai Rp 15 triliun per tahun (33%), ada pula yang pendapatannya lebih tinggi dari angka tersebut (23%).
(Baca: SDM dan Digitalisasi, Dua Senjata Utama CEO Hadapi Reses)