PT Vale Indonesia memulai pembangunan pabrik pengolahan atau smelter nikel Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara, pada November 2022.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Pandjaitan, setelah proyek tersebut rampung, Indonesia akan memiliki smelter nikel terbesar di dunia.
"Di Halmahera ada (smelter nikel berkapasitas) 20.000 ton, sudah ekspor. Di Morowali 30.000 ton, di Pomalaa 120.000 ton. Jadi kita yang terbesar di seluruh dunia," kata Luhut, dilansir Katadata.co.id, Senin (28/11/2022).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini Indonesia sudah memiliki 15 smelter nikel. Ada pula 2 smelter bauksit, 2 smelter tembaga, 1 smelter mineral besi, dan 1 smelter mineral mangan.
"Saat ini Indonesia sudah memiliki 21 smelter, dan direncanakan akan bertambah 7 smelter pada tahun ini," kata Kementerian ESDM dalam Reviu Informasi Strategis Energi dan Mineral Harian, Senin (28/11/2022).
Menurut Kementerian ESDM, Indonesia membutuhkan pembangunan smelter demi meningkatkan kemandirian negara di sektor hilirisasi atau pengolahan bahan mentah hasil tambang.
"Hilirisasi memiliki tujuan baik, yakni untuk memberikan nilai tambah ekonomi atas kekayaan alam, menciptakan banyak lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan negara," kata Kementerian ESDM.
"Selain nikel, komoditas tambang lain pun dikenal memiliki efek pengganda ekonomi ketika mengalami proses hilirisasi. Misalnya, bauksit yang diolah dan dimurnikan menjadi alumina akan bernilai 8 kali lipat. Alumina yang ditingkatkan menjadi aluminium akan bernilai hingga 30 kali lipat dibandingkan dengan saat masih berupa bijih bauksit," lanjutnya.
Kementerian ESDM pun menyatakan proses hilirisasi akan terus dikembangkan ke komoditas selain nikel, seperti bauksit, tembaga, timah, dan emas.
"Fondasi ekonomi yang salah satunya hilirisasi harus terus diperkuat agar daya saing Indonesia terus meningkat," pungkasnya.
(Baca: Ekspor Nikel RI Meroket pada Semester I 2022)