Ini Daftar PLTU yang Layak Pensiun Dini pada 2023 menurut IESR

Utilitas
1
Adi Ahdiat 21/10/2022 16:00 WIB
12 PLTU Batu Bara yang Layak Pensiun pada Tahun 2023 menurut IESR
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana menghentikan operasi sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas total 6,7 gigawatt (GW) sampai 2040.

"Mekanisme pensiun dini pada PLTU batu bara akan dilaksanakan secara bertahap, baik secara natural maupun pemensiunan lebih cepat (early retirement) dan menggantinya dengan energi baru terbarukan," kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam siaran persnya, Rabu (19/10/2022).

"Dari total 6,7 GW yang bakal terminasi pada 2040, terbagi atas 3,2 GW pembangkit yang berhenti beroperasi secara natural, sementara 3,5 GW menggunakan skema early retirement," ungkap Darmawan.

PLTU yang Layak Pensiun Dini

Menurut laporan riset Institute for Essential Services Reform (IESR) yang bertajuk Financing Indonesia's Coal Phase-Out, sampai Mei 2022 ada 86 PLTU batu bara yang beroperasi di Indonesia dengan total kapasitas terpasang 40,2 GW.

Rinciannya, sebanyak 26 PLTU batu bara (12,5 GW) dimiliki PLN, sedangkan 32 PLTU (18,5 GW) dimiliki independent power producer (IPP) atau perusahaan pembangkit independen.

Adapun 28 PLTU lainnya (9,2 GW) merupakan captive plants, yakni pembangkit listrik yang dimiliki perusahaan swasta dan hasilnya hanya digunakan untuk kepentingan privat (tidak dijual kepada publik).

Dari seluruh pembangkit tersebut, IESR menilai ada 12 PLTU batu bara yang layak dipensiunkan dini pada tahun 2023, yaitu:

  1. Banten Suralaya Power Station (Banten): kapasitas 1.600 megawatt (MW)
  2. PLN Paiton Power Station (Jawa Timur): kapasitas 800 MW
  3. Cilacap Sumber Power Station (Jawa Tengah): kapasitas 600 MW
  4. Cikarang Babelan Power Station (Jawa Barat): kapasitas 280 MW
  5. Asam-Asam Power Station (Kalimantan Selatan): kapasitas 260 MW
  6. Bukit Asam Muara Enim Power Station (Sumatra Selatan): kapasitas 260 MW
  7. Ombilin Power Station (Sumatra Barat): kapasitas 200 MW
  8. Tabalong Power Station (Kalimantan Selatan): kapasitas 200 MW
  9. Merak Power Station (Banten): kapasitas 120 MW
  10. Tarahan Power Station (Lampung): kapasitas 100 MW
  11. Bangka Baru Power Station (Bangka Belitung): kapasitas 60 MW
  12. Tabalong Wisesa Power Station (Kalimantan Selatan): kapasitas 60 MW

"12 pembangkit batubara ini dengan kapasitas total 4,5 GW dapat dipensiunkan dini antara 2022 sampai 2023, untuk membantu memperbaiki kualitas udara, kesehatan masyarakat, dan ketahanan air," kata IESR dalam laporannya.

"Beberapa pembangkit layak dihentikan karena kondisinya sudah menua dan mencapai akhir umur ekonomis, seperti Banten Suralaya dan PLN Paiton di sistem Jawa-Madura-Bali, Bukit Asam Muara Enim di sistem Sumatra, dan Asam-Asam di sistem Kalimantan," lanjutnya.

"Beberapa pembangkit lainnya memiliki rekam jejak buruk karena dibangun di dekat wilayah permukiman warga. PLTU Cilacap Sumber dan Ombilin sudah diprotes warga karena abu sisa pembakaran batu bara (fly ash/bottom ash) yang menyebabkan masalah pernapasan," pungkas IESR.

(Baca: PLTU Terbesar Indonesia Ada di Pulau Jawa, Ini Rincian Kapasitasnya)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua