Pemerintah Indonesia berencana menyetop ekspor komoditas tambang dalam bentuk mentah, salah satunya bauksit.
"Sudah berulang kali saya sampaikan. Jangan kaget nanti saya setop (ekspor) bauksit, jangan kaget nanti saya setop tembaga, jangan kaget nanti saya setop timah, jangan kaget nanti saya setop yang biasanya kita ekspornya raw material," kata Presiden Jokowi saat memberi arahan kepada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Jakarta, seperti dilansir Indonesia.go.id, Selasa (23/8/2022).
Presiden Jokowi menjelaskan, sejak Indonesia menyetop ekspor nikel mentah pada awal 2020, nilai ekspor nikel justru tumbuh pesat karena komoditas yang dijual kini berupa hasil olahan. Hal serupa diharapkan terjadi pula pada bauksit.
Menurut Kementerian Perindustrian, bauksit merupakan bahan produksi untuk berbagai jenis industri, mulai dari industri kabel, pipa, alat rumah tangga, konstruksi, furnitur, alat olahraga, otomotif, sampai industri penerbangan. Bauksit juga dapat diolah dan dimanfaatkan untuk pemurnian air, kosmetika, farmasi, serta keramik.
"Industri (bauksit) ini menggerakkan industri lain yang menyerap tenaga kerja, memberikan pendapatan bagi karyawan dan masyarakat sekitar, menggerakkan ekonomi daerah dan pendapatan devisa," jelas Kementerian Perindustrian di situs resminya.
Bank Indonesia juga mencatat nilai ekspor bauksit nasional mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2017 nilai ekspor bauksit Indonesia baru sekitar US$66,43 juta. Kemudian di tahun-tahun berikutnya nilai ekspornya terus meningkat, hingga mencapai US$628,17 juta pada 2021.
Dalam jangka waktu 5 tahun, nilai ekspor bauksit tersebut meroket hingga hampir sepuluh kali lipat. Hal ini memperlihatkan bauksit Indonesia semakin banyak dibutuhkan di pasar internasional, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan nilai tambahnya.
(Baca: Ekspor Nikel RI Meroket pada Semester I 2022)