Ragam Motif Hacker, dari Jualan Data sampai Dendam Pribadi

Demografi
1
Adi Ahdiat 12/09/2022 12:30 WIB
Ragam Motif Pelaku Peretasan Data di Skala Global (2021)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Hacker atau peretas bernama Bjorka membocorkan data pribadi Menteri Komunikasi dan Informasi RI Jhonny G. Plate di media sosial pada awal September 2022. Peretas ini juga mengklaim telah membobol data sejumlah lembaga pemerintahan lainnya.

Lembaga riset Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) memperkirakan, Bjorka membocorkan 679.180 data dokumen kepresidenan, termasuk surat-surat dari Badan Intelijen Negara (BIN) dengan label rahasia.

Chairman CISSRec Pratama Prasadha menilai Bjorka merupakan peretas yang cerdik dalam menyembunyikan identitasnya, sekaligus unik karena mengerti kondisi di Indonesia.

"Biasanya hacker-hacker asli luar negeri yang mencuri data dari Indonesia, mereka hanya jualan saja. Tidak mengerti apa isinya dan apa dampak politisnya. Ini si Bjorka mengerti sekali, bahkan melakukan profiling terhadap beberapa pejabat di Indonesia," kata Pratama, seperti dilansir Katadata.co.id, Minggu (12/9/2022).

Menurut laporan riset Data Breach Investigation Report 2022 (DBIR), alasan keuangan memang bukan satu-satunya motif yang melatarbelakangi aksi peretasan.

"Sebagian besar pencuri data biasanya adalah penjahat profesional yang sengaja mencuri informasi untuk dijual. Tapi, mulai tahun 2011 kami melihat perubahan signifikan dengan kemunculan hacktivism melawan organisasi-organisasi besar di seluruh dunia," jelas DBIR.

Hacktivism berasal dari kata bahasa Inggris 'hack' dan 'activism', yang jika digabungkan berarti tindakan peretasan untuk tujuan protes, mengkritik, ataupun mempromosikan ideologi tertentu.

Dari seluruh kasus pembobolan data global yang tercatat DBIR pada 2021, sebanyak 96% kasus dilatarbelakangi motif finansial. Kemudian 3% kasus bermotif protes sosial atau hacktivism, 2% sekadar bersenang-senang atau iseng, dan 1% karena dendam pribadi.

Adapun hacker Bjorka sempat mengungkap alasan kenapa dirinya meretas data Menteri Komunikasi dan Informasi Jhonny G. Plate.

"Pemimpin tertinggi dalam teknologi harus ditugaskan kepada seseorang yang mengerti, bukan politisi dan bukan seseorang dari angkatan bersenjata, karena mereka hanyalah orang-orang bodoh," tulis Bjorka dalam bahasa Inggris di akun Twitter bernama @bjorkanism, Sabtu (10/9/2022).

Tak lama setelah itu, akun @bjorkanism ditemukan sudah terkena suspended atau ditutup oleh pihak Twitter pada Minggu (11/9/2022).

(Baca: Kebocoran Data Sering Terjadi di 10 Sektor Industri Ini)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua