Survei Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan harga menjadi alasan penggunaan kendaraan listrik masih rendah di dalam negeri. Mayoritas atau 73,8% responden menganggap harga motor atau mobil listrik terlalu tinggi.
Selanjutnya, 59,4% publik menganggap daya yang cepat habis jadi alasan mereka belum menggunakan kendaraan listrik. Ada pula 59,3% responden yang merasa fasilitas pendukung seperti tempat pengisian baterai belum memadai.
Kemudian, sebanyak 31,9% masyarakat menganggap kualitas produk tidak tahan lama dan 28,3% menganggap kendaraan listrik tidak praktis. Terakhir, 21,4% menganggap kendaraan listrik tidak aman.
Mengutip data Gaikindo, penjualan mobil listrik masih rendah dalam tiga tahun terakhir. Cakupan penjualan bahkan tidak sampai 1% dari total penjualan tiap tahunnya.
Di Indonesia, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menunjukkan harga mobil listrik berbasis baterai masih lebih mahal jika dibandingkan dengan harga mobil berbahan bakar minyak yang sekelas.
Misalnya, mobil asal produsen Korea masih dihargai sekitar Rp600 juta. Harga ini lebih tinggi dari harga mobil asal produsen Jepang berbasis bahan bakar minyak yang dibandrol sekitar Rp500 juta.
(baca: Populasi Mobil Berbaterai Listrik Diperkirakan Tembus 68% pada 2040)