Tiga Korporasi Sawit dalam Kasus Korupsi CPO Juga Produksi Biodiesel

Agroindustri
1
Reza Pahlevi 20/04/2022 15:00 WIB
Produksi Biodiesel Tiga Korporasi Sawit yang Terseret Kasus Korupsi CPO (2021)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Selain memproduksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), tiga korporasi sawit yang namanya terseret dalam kasus dugaan korupsi izin ekspor CPO juga memproduksi biodiesel.

Ketiga korporasi tersebut adalah PT Musim Mas, PT Wilmar Nabati Indonesia, dan Permata Hijau Group.

Mengutip data Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), ketiga perusahaan ini memiliki total kapasitas produksi biodiesel sebesar 3,19 juta ton tiap tahunnya.

Wilmar Nabati Indonesia memiliki kapasitas produksi biodiesel terbesar di antara ketiga perusahaan tersebut, yakni 1,45 juta ton per tahun.

Musim Mas memiliki kapasitas terbesar kedua dengan total 1,18 juta ton per tahun. Ini terdiri dari kapasitas produksi di Batam sebesar 780.000 ton dan di Medan 400.000 ton.

Terakhir, Permata Hijau Group memiliki kapasitas produksi total 563.000 ton per tahun. Ini terdiri dari produksi PT Permata Hijau Palm Oleo sebesar 363.000 ton per tahun dan PT Pelita Agung Agrindustri 200.000 ton per tahun.

Menurut keterangan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), setiap perusahaan yang memproduksi biodiesel juga mendapat insentif.

"Insentif diberikan kepada perusahaan karena perusahaan tersebut memproduksi biodiesel. Semua perusahaan yang memproduksi biodiesel dan memenuhi syarat administrasi serta produknya memenuhi kualitas yang ditentukan oleh Kementerian ESDM dapat menjadi penyalur biodiesel," jelas BPDPKS dalam situs resminya.

"Besarnya insentif diberikan tergantung besarnya volume biodiesel yang disalurkan, dan selisih kurang antara HIP (harga indeks pasar) minyak solar dengan HIP biodiesel yang berlaku pada saat periode penyaluran," terang BPDPKS.

Misalnya, harga solar subsidi saat ini Rp5.150 per liter, sementara HIP biodiesel Rp15.559 per liter pada April 2022. Maka insentif biodiesel akan dipakai untuk menutupi selisih harga sebesar Rp10.409 per liter.

Sepanjang 2021 BPDPKS memberikan insentif sebesar Rp51,86 triliun. Jika diakumulasikan selama periode 2015-2021, besaran dana insentif ini totalnya sudah mencapai Rp110,05 triliun.

(Baca: Bisa Gantikan Solar, Ini Proyeksi Produksi Biodiesel RI Tahun 2022)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua