Grab mencatatkan kinerja yang menurun pada kuartal IV 2021. Pada periode tersebut, pendapatan Decacorn asal Singapura itu sebesar US$ 122 juta atau anjlok 44% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Pendapatan yang menurun itu lantaran Grab berinvestasi terlebih dahulu untuk meningkatkan jumlah pengemudi. Ini guna mendukung pemulihan yang kuat dalam permintaan mobilitas.
Adapun pendapatan Grab paling dominan berasal dari layanan mobilitas, seperti Grab Bike dan Grab Car yang mencapai US$ 105 juta. Jumlah ini pun turun 27% secara tahunan (year on year/yoy). Kemudian, pendapatan untuk perusahaan dan inisiatif baru pada kuartal akhir tahun lalu turun 39% (yoy) menjadi US$ 16 juta.
Berikutnya, pendapatan layanan pengantaran sebesar US$ 1 juta, anjlok 98% (yoy). Sementara pendapatan layanan keuangan tercatat tumbuh melambat dari US$ 3 juta (yoy) menjadi US$ 1 juta pada kuartal IV 2021.
Grab mencatat penurunan pendapatan pada kuartal IV tahun lalu membuat kerugian meningkat menjadi US$ 1,1 miliar. Ini mencakup US$ 311 juta beban bunga nontunai terkait saham preferen yang dapat ditukarkan.
Sementara itu secara akumulatif, pendapatan Grab meningkat 44% secara yoy menjadi US$ 675 juta sepanjang 2021. Ini didukung oleh pertumbuhan yang kuat dalam segmen pengiriman dan layanan keuangan.
Namun, kerugian yang dihasilkan Grab sepanjang tahun lalu mencapai US$ 3,6 miliar. Kerugian itu mencakup US$ 1,6 miliar beban bunga nontunai terkait dengan saham preferen yang dapat ditukarkan dan ditukarkan milik Grab yang dihentikan setelah pencatatan publik Grab. Selain itu, US$ 353 juta terkait pencatatan publik satu kali.
Adapun, nilai transaksi bruto atau GMV Grab meningkat 29% yoy menjadi US$ 16,1 miliar sepanjang tahun lalu. Pengguna yang bertransaksi per bulan turun 2% menjadi 24,1 juta. Sedangkan GMV per pengguna yang bertransaksi per bulan meningkat 31% menjadi US$ 666.
(Baca Juga: Tertinggi di Asia Tenggara, Nilai Transaksi GrabFood Lampaui GoFood dan ShopeeFood pada 2021)