World Health Organization (WHO) melaporkan sampai November 2021 ada sekitar 1,5 miliar unit pasokan Alat Pelindung Diri (APD) untuk penanganan Covid-19 yang tersebar di seluruh dunia.
Sayangnya, seluruh pasokan APD tersebut merupakan produk sekali pakai, sehingga semuanya dipastikan akan menjadi limbah medis yang rawan mengancam kesehatan dan kelestarian lingkungan.
WHO memperkirakan sebaran limbah APD paling banyak berada di kawasan kerja WHO Afrika atau African Region (AFR), terdiri dari limbah APD Esensial (masker, sarung tangan) seberat 23.000 ton dan APD Non-Esensial (hair cover, face shield, coverall, boot cover, apron) seberat 18.000 ton.
Selanjutnya, limbah APD kedua terbanyak diperkirakan berada di kawasan kerja WHO Mediterania Timur atau Eastern Mediterranean Region (EMR) berupa limbah APD Esensial 11.000 ton dan limbah APD Non-Esensial 9.000 ton.
Kemudian di kawasan kerja WHO Eropa atau European Region (EUR) diperkirakan ada 5.300 ton limbah APD Esensial dan 3.000 ton limbah APD Non-Esensial.
Untuk kawasan kerja WHO Asia Tenggara atau South-East Asian Region (SEAR), WHO memperkirakan ada 2.800 ton limbah APD Esensial dan 2.000 ton APD Non-Esensial.
Di kawasan kerja WHO Pasifik Barat atau Western Pacific Region (WPR) diperkirakan ada 1.300 ton limbah APD Esensial dan 2.000 ton limbah APD Non-Esensial.
Terakhir, di kawasan kerja WHO Amerika atau Region of the Americas (AMR) diperkirakan ada 2.100 ton limbah APD Esensial dan 1.100 ton limbah APD Non-Esensial.
Untuk mengatasi masalah ini, WHO mendorong masyarakat internasional agar meningkatkan investasi di bidang manajemen limbah medis, mengembangkan produk APD yang bisa digunakan berulang kali dan mudah didaur ulang, serta mengurangi konsumsi APD yang tidak perlu dengan menerapkan sistem penggunaan APD yang aman dan rasional.
(Baca: Vaksinasi Covid-19 Hasilkan 144 Ribu Ton Limbah Medis, Apa Saja Bentuknya?)