Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 1,02 miliar pada Desember 2021. Nilai tersebut turun 71% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 3,52 miliar.
Sementara jika dibandingkan dengan Desember 2020 yang sebesar US$ 2,10 miliar, surplus neraca perdagangan pada Desember 2021 turun 51,42%.
Surplus neraca perdagangan pada Desember 2021 terjadi karena nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Tercatat, nilai ekspor pada bulan lalu mencapai US$ 22,37 miliar, sedangkan impor sebesar US$ 21,35 miliar.
Neraca nonmigas menyumbangkan surplus sebesar US$ 3,30 miliar pada Desember 2021 lalu, turun dari November 2021 yang sebesar US$ 5,20 miliar. Sementara, neraca migas masih mencatatkan defisit US$ 2,28 miliar, meski lebih rendah dari November 2021 yang mencapai US$ 1,69 miliar.
Melihat trennya, maka Indonesia telah mengalami surplus selama dua puluh bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Ini artinya, ekonomi Indonesia semakin membaik.
Surplus neraca perdagangan tertinggi terjadi pada Oktober 2021 yang mencapai US$ 5,73 miliar. Selain itu, surplus sepanjang Januari hingga Desember 2021 sebesar US$ 35,34 miliar, naik 63,45% dari periode yang sama pada 2020 sebesar US$ 21,63 miliar.
Adapun, negara penyumbang surplus neraca perdagangan nonmigas terbesar pada Desember 2021 adalah Amerika Serikat (AS), Filipina, dan India. Nilai ekspor nonmigas ke AS mencapai US$ 2,64 miliar, sedangkan impornya hanya US$ 944,8 juta. Alhasil, neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan AS mencapai surplus US$ 1,69 miliar.
Kemudian, ekspor nonmigas Indonesia ke Filipina tercatat sebesar US$ 801,3 juta, sedangkan impornya hanya US$ 128,8 juta. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan Filipina sebesar US$ 672,5 juta.
Nilai ekspor dan impor nonmigas Indonesia dengan India masing-masing sebesar US$ 1,18 miliar dan US$ 640,1 juta. Alhasil, surplus neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan India sebesar US$ 548,1 juta.
(Baca: Neraca Perdagangan November Cetak Surplus US$ 3,5 Miliar)