Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terancam bangkrut karena besarnya utang yang jatuh tempo tidak dapat dibayar sesuai waktu yang ditetapkan. Beberapa BUMN bahkan ekuitasnya sudah negatif alias minus.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, terdapat 13 BUMN yang ekuitas/modalnya sudah negatif. BUMN dengan ekuitas minus terbesar adalah PT Asuransi Jiwasraya (Persero), yakni mencapai Rp 38,67 triliun pada 2020. Diikuti PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan ekuitas minus Rp 13,65 triliun, PT ASABRI (Persero) minus Rp 13,3 triliun, dan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) Rp 6,77 triliun.
Ada pula PT PANNN (Persero) dengan ekuitas minus Rp 3,3 triliun. Disusul PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) dengan modal minus Rp 1,39 triliun, PT Iglas (Persero) memiliki ekuitas minus Rp 1,19 triliun, PT Kertas Kraft Aceh (Persero) dengan modal minus Rp 1,1 triliun.
Kemudian, PT Kerta Leces (Persero) mempunyai ekuitas minus Rp 722,65 miliar, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) negatif Rp 420,38 miliar, Dok Perkapalan Surabaya (Persero) minus Rp 281,88 miliar, serta PT Survei Udara Penas (Persero) dan PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) masing-masing modalnya minus Rp 141,63 miliar dan Rp 11,99 miliar.
Dari 13 BUMN yang ekuitasnya negatif tersebut, Garuda memiliki aset terbesar, yakni mencapai Rp 139,41 triliun pada 2020. Diikuti ASABRI dengan nilai aset Rp 31 triliun dan Asuransi Jiwasraya Rp 15,69 triliun.
(Baca: Makin Bengkak, Kerugian Garuda Indonesia Naik Jadi Rp 23,1 Triliun Pada Kuartal III 2021)