Kunyit menjadi jenis tanaman biofarmaka atau tanaman obat dengan produksi terbesar di Provinsi Maluku. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kunyit di Maluku mencapai 329,6 ton pada 2020 atau naik 96,52% dari tahun sebelumnya yang sebesar 167,72 ton.
Produksi tanaman biofarmaka terbesar berikutnya di Maluku adalah jahe yang sebesar 241 ton, naik 168,61% dari tahun sebelumnya. Kemudian, produksi laos/lengkuas di Maluku sebanyak 206,2 ton atau naik 28,47% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan sebaran wilayahnya, produksi kunyit terbesar terdapat di Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 208,3 ton. Kabupaten Maluku Tengah juga menjadi produsen terbesar tanaman laos/lengkuas dan jahe di Maluku yang masing-masing sebanyak 88,8 ton dan 88,6 ton.
Luas panen tanaman kunyit di Maluku sebesar 12,95 hektar pada 2020, terluas kedua setelah tanaman jahe yang sebesar 22,54 hektar. Luas panen tanaman laos/lengkuas berada di urutan berikutnya seluas 7,08 hektar.
Tanaman biofarmaka atau biasa disebut tanaman obat merupakan jenis-jenis tanaman yang berkhasiat sebagai obat dan digunakan untuk penyembuhan atau mencegah berbagai penyakit.
(Baca Selengkapnya: Lengkuas, Tanaman Biofarmaka Paling Banyak Diproduksi di Kepulauan Riau pada 2020)