Laporan Trademap menunjukkan, nilai ekspor Indonesia ke Bangladesh mencapai sebesar US$ 1,68 miliar atau sekitar Rp 23,92 triliun pada 2020 (kurs Rp 14.239/US$). Dari jumlah itu, barang yang paling banyak diekspor ke Bangladesh berupa lemak dan minyak nabati/hewani dengan nilai US$ 705,10 juta.
Indonesia juga banyak mengekspor bahan bakar mineral, minyak mineral, dan produk penyulingannya senilai US$ 335,39 juta. Kemudian, ekspor serat staple buatan sebesar US$ 104,89 juta.
Berikutnya Indonesia juga mengekspor garam, sulfur, tanah dan batu, bahan plesteran, kapur, dan semen ke Bangladesh senilai US$ 88,07 juta. Kemudian, pulp atau bubur kertas dari kayu atau bahan selulosa berserat senilai US$ 87,37 juta.
Ada pula ekspor kapas dan plastik masing-masing senilai US$ 39,60 juta dan 34,27 juta. Selain itu, terdapat ekspor lokomotif kereta api atau trem, gerbong dan bagiannya, perlengkapan jalur kereta api atau trem, aneka produk kimia, dan aneka artikel yang diproduksi.
Adapun, total nilai barang yang diekspor Indonesia ke Bangladesh pada 2020 turun 12,9% dibandingkan pada 2019, yakni sebanyak US$ 1,93 miliar. Sementara itu, nilai ekspor Indonesia ke Bangladesh tercatat US$ 1,88 miliar pada dua tahun lalu.
(Baca: Nilai Ekspor Batik Turun 31,3% pada 2020)