Cuitan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan di akun Twitter-nya @SitiNurbayaLHK menjadi viral dan menuai kontroversi. "Pembangunan besar-besaran era Presiden Jokowi tidak boleh berhenti atas nama emisi karbon atau atas nama deforestasi," tulisanya dalam cuitan yang diunggah, Rabu (3/11/2021).
Pernyataan tersebut menuai kontroversi lantaran Indonesia merupakan salah satu negara yang telah menggunduli lahan hutan terbesar. Akibatnya, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling banyak kehilangan hutan primer di dunia dan mengambil peran dalam perubahan iklim global.
Berdasarkan data Global Forest Watch (GFW), Indonesia memiliki lahan hutan primer seluas 93,8 juta ha pada 2001. Jumlah tersebut lebih dari separuh luas daratan. Namun, sepanjang periode 2002-2020, Indonesia telah kehilangan sekitar 9,75 juta ha lahan hutan primer. Kondisi tersebut membuat Indonesia kehilangan 36% lahan tutupan pohon pada periode yang sama.
Kebakaran yang disengaja maupun tidak disengaja menjadi salah satu penyebab gundulnya lahan hutan primer di Indonesia. Perluasan lahan sawit, perluasan lahan pertanian masyarakat di pingiran hutan, dan eksplorasi lahan pertambangan menjadi penyebab tergerusnya lahan hutan primer.
Kehilangan lahan hutan primer terbesar di Indonesia terjadi pada 2016, yakni mencapai 928,66 ribu ha. Pada 2020, Indonesia telah kehilangan 270 ribu ha lahan hutan primer. Kondisi tersebut setara dengan menyumbang emisi karbon sebesar 208 metrik ton (mt).
(Baca: Hutan Indonesia Berkurang 2,1 Hektar Sepanjang 2015-2020)