Guna mempercepat arus barang maupun manusia dari satu daerah ke daerah lain dibutuhkan infrastruktur jalan. Kondisi jalan di Pulau Jawa relatif lebih baik sehingga biaya transportasi masyarakat maupun logistik barang lebih lancar dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat panjang jalan di Pulau Jawa mencapai 104.0053 km. Rinciannya, sepanjang 5.916 km merupakan kewenangan pemerintah pusat (negara), sepanjang 7.066 km kewenangan pemerintah provinsi, dan 91.071 km kewenangan pemerintah kabupaten/kota.
Di Provinsi Banten terdapat 5.705 km jalan, rinciannya 565 km adalah keweangan negara, sepanjang 762 km merupakan pemerintah provinsi dan 4.78 km kewenangan pemerintah kota/kabupaten. Kemudian di Jakarta terdapat 6.492 km, dengan rincian 60 km merupakan kewenangan pemerintah pusat dan 6.432 km kewenangan provinsi.
Di Jawa Barat terdapat 27.490 km jalan, terdiri dari 1.789 km merupakan kewenangan negara, sepanjang 2.361 km merupakan kewenangan provinsi, dan 23,340 km kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Di Jawa Tengah, terdapat 30.667 km jalan, dengan rincian 1.518 km jalan merupakan kewenangan negara, sepanajng 2.501 km kewenangan provinsi dan 26.648 km kewenangan kabupaten/kota.
Berikutnya, di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 4.361 km, dengan rincian 248 km merupakan kewenangan negara, sepanjang 783 km kewenangan pemerintah provinsi, dan 3.330 km kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Di Jawa Timur terdapat 41.535 km, rinciannya 2.361 km merupakan kewenangan pemerintah pusat, sepanjang 1421 km kewenangan pemerintah provinsi, dan 37.753 km kewenangan pemerintah kabupaten/kota.
Sejarah pembangunan jalan di Pulau Jawa telah dimulai pada jaman kolonial Belanda. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811) telah membangun jalan sekitar 1000 km dari Anyer, Serang Banten hingga ke Panarukan, Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Jalur darat yang dikenal dengan julukan Anyer-Panarukan tersebut melalui daerah Serang, Jakarta, Bogor (Puncak), Cianjur, Bandung, Sumedang hingga Cirebon.
Jalan yang dibangun Daendels juga melalui daerah Jawa Tengah seperti Brebes, Pekalongan, Batang, Semarang, hingga Lasem, Kabupaten Rembang. Jalan yang dibangun Daendels tersebut juga melewati daerah Jawa Timur seperti Tuban, Gresik, Surabaya, Probolingga dan berakhir di Panarukan, Kabupaten Situbondo.
(Baca: Berapa Panjang Jalan di Banten pada 2020?)
Tujuan pembangunan pada jaman kolonial tersebut tentunya bukan untuk kepentingan masyarakat, tetapi untuk mempermudah mobilisasi logistik militer dan pasukan untuk mempertahankan Jawa agar tidak dikuasai Inggris serta menumpas pemberontakan kaum pribumi.