Data WorldAtlas pada 2020 menunjukkan, Tiongkok hidup dengan frekuensi gempa bumi tertinggi di dunia. Dalam rentang tahun 1900 hingga 2016, terdapat 157 gempa bumi besar. Mayoritas gempa bumi tersebut terjadi di barat daya Negeri Tirai Bambu, sebab daerahnya berbentuk pegunungan.
Beruntungnya, wilayah dengan risiko tinggi gempa bumi tak banyak dihuni masyarakat. Wilayah-wilayah itu adalah Sichuan, Gansu, Qinghai, Xinjiang, Tibet, dan Yunnan. Meski demikian, transportasi dan topografi pegunungan akan menyulitkan penyelamatan setelah gempa bumi terjadi.
Indonesia menempati posisi kedua negara paling rawan gempa bumi sedunia. Indonesia memiliki frekuensi gempa yang tergolong tinggi. Dalam periode 1900-2016, ada 113 gempa bumi yang melanda negeri ini. Sebab, Indonesia terletak di cincin api (ring of fire). Pergerakan lempeng tektonik mendorong terjadinya gempa bumi yang dirasakan Indonesia.
(Baca: Kebakaran Hutan dan Lahan RI Turun 81% pada 2020)
Gempa berkekuatan 6,1 magnitudo mengguncang Kabupaten Maluku Tengah pada Rabu (16 Juni 2021) lalu. Kejadian tersebut terasa sekitar tiga hingga lima detik. Meski berlokasi 67 kilometer (km) tenggara Maluku Tengah dengan kedalaman 10 km, gempa tak berpotensi tsunami. Menurut analisis InaRISK, 17 kecamatan di kabupaten tersebut dalam potensi gempa bumi berkategori sedang hingga tinggi, seperti dikutip dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sementara itu, posisi tiga dengan frekuensi gempa bumi besar berada di Iran. Negara tersebut mengalami 106 gempa bumi, diikuti Turki (77), Jepang (61), dan Peru (44).