Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kondisi ekonomi makro dan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga 31 Mei 2019 terbilang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari enam indikator yang dapat menopang pertumbuhan ekonomi pada Mei 2019.
Indikator pertama adalah realisasi penerimaan negara yang tumbuh 6,2% menjadi Rp 728,5 triliun. Pertumbuhan penerimaan negara ini lebih tinggi dibandingkan periode April 2019 yang hanya naik 0,5% menjadi Rp 530,74 triliun. Indikator kedua adalah penerimaan perpajakan yang meningkat 5,7% menjadi Rp 563,9 triliun. Sementara itu, pada April 2019 pertumbuhan penerimaan perpajakan hanya 4,72%.
Indikator ketiga adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang tumbuh 8,6% menjadi Rp 158,4 triliun. Angka ini membaik dibandingkan April 2019 yang mencatat pertumbuhan negatif 14,8% dengan realisasi sebesar Rp 93,97 triliun.
Indikator keempat adalah belanja negara yang terserap sebesar Rp 855,9 triliun, naik 0,79% dibandingkan April 2019 sebesar Rp 631,78 triliun. Selanjutnya, realisasi defisit APBN dan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Realisasi defisit APBN per Mei 2019 sebesar Rp 127,5 triliun atau 0,79% PDB. Adapun rasio utang terhadap PDB naik tipis 0,07% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 29,72% dari PDB. Meski demikian, realisasi defisit APBN dan rasio utang masih dalam batas aman.
(Baca Databoks: Pemerintah Anggarkan Rp 415 Triliun untuk Membangun Infrastruktur 2019)